Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Cuplikan 3 Diary Kian

Awal dan akhir telah kutorehkan di lembar awal dan kedua. Kini kan ku sambung cuplikan-cuplikan itu dengan alur maju yang masih tersimpan di otakku, awal dari semua... Cuplikan 3 Hari itu hari senin, aku bersama ibuku telah berpakaian rapi karena hari itu ibu akan mendaftarkanku ke Sekolah Dasar. Aku dan ibupun berangkat bersama menuju calon sekolahku. Sekolah yang akan aku dan ibu tuju tidak jauh dari rumah. Sehingga kami hanya berjalan kaki ke sana. Di perjalanan ibu terus menggandeng tanganku menyusuri gang kompleks rumahku. Setelah beberapa menit berjalan aku dan ibu telah berada di tepi jalan raya. Langkah ibu terhenti pada garis hitam-putih yang berada ditengah jalan, "Kian, nanti kalau Kian sudah sekolah. Kalau mau nyebrang jalan Kian harus nyebrang di sini ya" kata ibu padaku. "Kian harus lihat ke kiri, kekanan. Kalau mobil sama motornya udah sepi, baru Kian boleh nyebrang, Nah seperti ini" sambung ibu, dan menarik tanganku berjalan diatas garis h...

Cuplikan 2 Diary Kian

Pertanyaan itu terjawab setelah jarak menjadi batas diantara keduanya. kali ini aku termenung, mengutak atik memori lamaku tentang Dani. Sahabat masa kecilku dan kurasa tidak akan terulang untuk masa sekarang. Dulu saat ku duga ia tak mengingatku lagi. Ternyata setelahnya aku tahu ia merasakan hal yang sama. Rindu yang sama. Rindu canda di masa kecil itu. Lalu rinduku kini apakah akan terjawab pula beberapa tahun akan datang? Akupun menorehkan tinta biru di lembar ke dua. Cuplikan 2 Hari itu adalah tepat satu minggu aku meninggalkan kota kelahiranku. Beasiswalah yang membuatku harus angkat kaki dari tanah kelahiranku. Aku terus saja menekan-nekan tombol ponselku hanya sekedar mengecek nomor siapa saja yang tersimpan di kontakku. Hingga tanganku berhenti saat melihat nama Eky yang kini muncul dilayar ponselku. Eky adalah temanku saat di Sekolah Dasar. Dan sejak aku lulus dari sana, Aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Iseng, ku tulis pesan untuknya hanya sekedar menanyakan ...

Cuplikan Awal Diary Kian

Jam di kamarku telah menunjukan pukul 20.00 WIB. Tapi belum satupun ku sentuh buku pelajaranku tuk esok hari. Meski tak ada PR aku seharusnya menyelesaikan minimal 1 soal dari pelajaranku besok. Tapi sampai saat inipun aku belum juga melakukannya. Aku melihat diary biruku. Yah, aku memang menyukai biru. Diary itu telah lama ku beli namun tak sehelaipun dari kertas diary itu ku tulis. Dulu saat aku masih menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama, aku sangat rajin menulis diary. Lalu mengapa saat ini berbeda? Aku agaknya teringat perkatan guru SMP ku dulu. Panggil beliau Bu Darma. Dulu saat menerangkan tetang pelajaran Bahasa Indonesia tentang memo lalu entah mengapa kami saat itu malah membahas tentang Buku Harian. Jika ku tak salah ada salah satu temanku yang bertanya tentang persamaan memo dan buku harian. Hingga Bu Darmapun menjelaskan lebih rinci tentang buku harian. Lalu beliau berkata "Biasannya jika seseorang menulis buku harian pasti kita lebih fokus menuliskan tentang ...