Cuplikan 2 Diary Kian

Pertanyaan itu terjawab setelah jarak menjadi batas diantara keduanya.

kali ini aku termenung, mengutak atik memori lamaku tentang Dani. Sahabat masa kecilku dan kurasa tidak akan terulang untuk masa sekarang.

Dulu saat ku duga ia tak mengingatku lagi. Ternyata setelahnya aku tahu ia merasakan hal yang sama. Rindu yang sama. Rindu canda di masa kecil itu. Lalu rinduku kini apakah akan terjawab pula beberapa tahun akan datang? Akupun menorehkan tinta biru di lembar ke dua.

Cuplikan 2

Hari itu adalah tepat satu minggu aku meninggalkan kota kelahiranku. Beasiswalah yang membuatku harus angkat kaki dari tanah kelahiranku. Aku terus saja menekan-nekan tombol ponselku hanya sekedar mengecek nomor siapa saja yang tersimpan di kontakku. Hingga tanganku berhenti saat melihat nama Eky yang kini muncul dilayar ponselku.

Eky adalah temanku saat di Sekolah Dasar. Dan sejak aku lulus dari sana, Aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Iseng, ku tulis pesan untuknya hanya sekedar menanyakan kabarnya.

To: Eky
Hai, Eky gimana kabarnya sekarang? Ini aku Kian, masih ingat nggak?

Aku tak berharap banyak Eky langsung membalas pesanku. 5 menit belum juga ada tanda-tanda pesan balasan darinya. Hingga aku memutuskan untuk solat ashar terlebih dahulu. Karena adzan telah berkumandan.
Setelah usai solat kuraih ponselku dan ternyata pesan balasan dari Eky telah kuterima.

From: Eky
Baik, Kiania ya? Wah, Kiki apa kabar lo? Gue kangen. Masa iya gue lupa. Denger-denger info dari Dani lo dapat beasiswa ya di SMA Budi Indah Bandung? Sekarang lo udah di Bandung ya?

Aku tersenyum membacanya. Ternyata Eky masih sama seperti Eky yang dulu tetap cerewet. Dengan membaca pesan darinya saja aku bisa membayangkan ekspresi wajahnya yang selalu bersemangat saat bercerita denganku. Meski kini aku tak tahu pasti akan wajahnya. Yang kubayangkan tetap wajahnya saat masih di Sekolah Dasar. Ku tahu wajahnya pasti telah berubah, apalagi sekarang kami telah menduduki bangku SMA. Deg! Perasaan lain kurasa saat kuliat ada nama Dani disana. Kutepiskan nama itu dari otakku dan segera ku ketik pesan balasan untuk Eky.

From: Eky
Bukan Kiania Ky, tapi lebih complitenya Kiania Anggerisa. Hehe
eh, udah jaman sekarang masih manggil aku "Kiki" aja. Iya Ky aku udah di Bandung sekarang.

From: Eky
Terserah nama complite lo siapa. Gue lebih nyaman aja manggil lo Kiki. Eky dan Kiki, kan enak tu didenger...haha

baru aku akan membalas pesan Eky. Tiba-tiba ponselku kembali berbunyi. Kali ini aku menerima pesan dari nomor yang tak ku kenal.

From: 0898723XXX
Kok cuma Eky yang ditanyain kabarnya?
_Dani_

Deg! Atmosfer di kamarku berubah drastis. Benarkah ini Dani? Apa mungkin Eky dan Dani sedang bersama. Aku baru ingat rumah mereka berdekatan. Langsung aku membalasnya,

From: Dani
Aku kan ngga tau nomor kamu Dan. Kamu gimana kabarnya?

Entah mengapa aku sungguh tak sabar menanti balasan darinya. Tampaknya aku telah melupakan pesan Eky yang belum ku balas.

From: Dani
Baik, lo udah pindah ya Ki?

To: Dani
Iya Dan, udah seminggu

From: Dani
3 tahun belakang ini lo sombong banget Ki...!

To: Dani
Aku ngerasa minder aja, takut kamu malu punya teman kaya aku Dan. Hehe

Oh, lihatlah betapa kakunya balasan pesan-pesan itu. Sungguh sangat berbeda dengan balasan pesan Eky yang terkesan lebih rileks. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika aku berhadapan langsung dengan Dani.

From: Dani
Gue ngga gitu kali Ki, lo udah berubah...

To: Dani
Kamu yang berubah Dan. Makanya 3 tahun belakang ini aku ngerasa nggak kenal kamu lagi.

From: Dani
Gue kangen lo Ki. Lo tau? Waktu denger lo dapat beasiswa gue senang. Lo emang pantas dapetinnya. Tapi gue juga sedih berarti lo bakal pergi jauh.

Aku tersentak! Ternyata pertanyaanku dari 3 tahun yang lalu kini terjawab. Terjawab diawal tahun ajaran di bangku putih abu-abuku. Ternyata bukan aku saja yang merindukannya. Kembali dugaanku salah. Inilah awal mulai komunikasi itu datang. Antara aku dan Dani. Komunikasi itu tidak bertahan lama, hanya beberapa bulan saja. Lalu berakhir di hari ulang tahunnya yang ke 16. Semua hilang!
***

Sekarang di akhir pendidikan Sekolah Menengah Atas ini aku tetap bertanya-tanya apakah ia masih ingin bertemu denganku? Setelah 3 tahun aku dan dia tidak pernah bertemu. Lalu mungkinkan pertanyaanku kali ini akan kembali ia jawab setelah aku duduk di perguruan tinggi kelak?

Entahlah, kuletakan pulpen biru itu ke tempatnya. Cangkir keramik putih dengan tulisan "Best Friend" berukuran sedang berwarna biru yang mengelilingi cankir keramik putih itu. Itu adalah pemberiannya saat acara tukar kado perpisahan 6 tahun yang lalu. Setiap kami diwajibkan membawa sebuah kado. Lalu puluhan kado-kado itu di letakan ke dalam sebuah kardus berukuran besar. Dan saat wali kelas memanggil namaku, aku berjalan mendekati kotak berisi puluhan kado itu. Dengan mata terpejam ku ambil salah satu kado itu. Ternyata secara tidak sengaja aku mengambil kado Dani (Cangkir)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu(t)heNote : Bangga itu

Ngekos bareng bang Apin ( Republik Idola seri 1)

Orang yang pertama