Ongkos Kirim

Hidup real itu muncul setelah seseorang selesai jadi sarjana. Mencari pekerjaan dan menjadi pekerja yang penghasilan yang mencukupi hidupnya adalah hal yang di dambakan. Nyatanya tak setiap orang berkerja sesuai jurusannya saat kuliah dulu. Biasa, dan itu adalah pilihan hidup seseorang dan bukanlah hal yang besar. Saya salah satunya, ketika basic kimia harus mengajarkan IPA terpadu tentu itu adalah tantangan baru. Saya mesti belajar di malam hari sebelum mengajar esok hari.  Karena sangat lucu bila saya mengajarkan sesuatu yang saya sendiri tak mengerti. Kesulitan? Saya saya kesulitan apalagi di materi biologi dengan  aneka nama tulang, rangka dan otot yang harus saya pahami. Tapi biologi pula lah yang membuat saya bisa bercerita tentang kuasa allah yang menciptakan manusia. Betapa detailnya allah menciptakan kita. Karena dialah Allah Tuhan yang menciptakan kita.
.
.
.

Selain jadi guru saya juga hobi jualan. Salah satunya makanan. Jualan itu menyenangkan tiap hari kita bisa mendapat penghasilan. Tidak banyak tapi bisa untuk menghidupi diri saya. Allah itu sesuai prasangka hambanya. Kalau saya lagi tidak bersemangat jualan, berdampak pada penghasilan hari itu. Salah satunya seperti kemarin. Kenapa saya yang bisanya semangat ini menjadi tak bersemangat? Pabrik roti biasa saya mesan roti sudah tutup. Lagi-lagi hidup itu adalah kemampuan bertahan, dan bersaing. Ketika tidak mampu bersaing maka bersiaplah untuk kalah.

Hidup di desa tentu tak semudah dikota yang serba ada. Jika satu pabrik tutup bisa langsung pindah ke pabrik lain. Simpel bukan? Nyatanya tidak untuk disini. Butuh pemikiran panjang untuk memesan ke pabrik yang lebih jauh. Kenapa? Tentunya sistem ongkos kirim akan berlaku. Roti butuh kardus besar jika dititip di mobil travel maka penuhlah bangku si mobil. Satu bangku biayanya Rp.50.000 berapa bangku yang harus di sewa?

Cater mobil beli langsung banyak? Roti cepat berjamur. Efektif yah yang seperti saat ini 200 roti dalam tiga hari lalu pesan lagi. Sehingga tidak ada perubahan rasa, dan teksturnya.

Ongkos kirim, dan saya juga belum tau berapa harga roti di pabrik yang baru. Bisa jadi lebih mahal. Sukur-sukur lebih murah. Kalau murah pun di tambah ongkos kirim. Naikkan harga? Itu pun bukan solusi terbaik. Karena hal itu sangat sensitif disini.


Banyak ide, cuma terhabat di bahan baku. Online banyak cuma lagi-lagi ongkos kirimnya.


"Hidup yang kamu keluhkan hari ini, bisa jadi hidup yang di impikan orang lain."


Mari bersyukur, dan silakan mampir ke outlite kami. :)


Salam Tulis,


PANGALEH


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu(t)heNote : Bangga itu

Ngekos bareng bang Apin ( Republik Idola seri 1)

Orang yang pertama