SEBELAS

Nena sedang menunggu antrian untuk menyerahkan berkas pendaftaran ulangnya. Dami lalu menelponya.

"Udah selesai lo daftar ulang Na?"

"Belum Dam, masih antrian 34"

"Emang lo nomor berapa?"

"43, lo gimana?"

"Sama, gue juga masih antri. Padahal kita udah pagi-pagi datang kesini" keluh Dami.

"Yang penting jangan ngeluh, kita harus bersyukur udah ditermia disini. Semangat ya Dami, Damar dia dimana?"

"Fakultas Damar besok jadwal daftar ulangnya Na, aduh gue kebelet. Gue tutup telponnya ya"

***

Pukul 15:00 Nena selesai memberi berkas daftar ulang. Ia menunggu di halte depan kampus. Ia lalu melihat seorang wanita yang sangat familiar yang baru duduk di sebelahnya. Wanita itu mengenakan baju putih lengan panjang,  dipadukan dengan rok berwarna biru langit gadis itu mengenakan jilbab yang berwarna senada denga rok yang ia kenakan. Terlihat sangat cantik, anggun, dan menyejukkan. Nena saja terperangah melihatnya.

"Kak Delisah" ucapny ragu. Perempuan disebelahnya pun menoleh.

"Masih ingat aku Kak? Aku Nena" sambung Nena cepat saat melihat Delisah yang bingung.

"Nena?" Tanya gadis berkerudung itu sekali lagi.

"Nena adiknya Kak Farhan Kak, ingat nggak?"

"Oh iya Kakak ingat, wah kamu udah gede ya, jadi pangling" ucap Delisah ramah. "Nena kuliah disini?" Tanya Delisah lagi.

"Iya Kak, aku abis daftar ulang" jawab Nena.

"Sendiri aja?" Tanya Delisa lagi.

"Nggak kak, sama temen ini nungguin dia"

"Selamat ya, moga betah kuliah disini, eh itu busnya udah datang" ucap Delisah lalu menaik bus.

"Yang tadi siapa Na?" Tanya Dami saat baru tiba di halte.

"Dia temannya Kak Farhan waktu SMA Dam. Namanya Kak Delisah. Gue baru tau ternyata Kak Delisah udah pake jilbab" jawab Nena.

"Dia cantik banget deh Dam pake jilbab. Kalo gue cowok pasti gue udah naksir berat" sambung Nena.

"Haha... Lo ada-ada aja, kita ke tempat Damar yuk. Dia nelpon sore ini perdana ibunya nambah menu"

"Maksud lo Dam?" tanya Nena bingung.

"Biasanyakan, Bude Ima jualan nasi uduk aja tuh. Nah sekarang mulai sudah magrib Bude Ima juga bakal jualan pecel lele Na. Sudah magrib ini louncing menu baru di warung Bude Ima. Damar nyuruh kita kesana."

"Oh gituuu..."

"Damar mau nelpon lo, tapi katanya nomor lo sibuk"

"Baterei gue udah low Dam. Nah itu busnya datang"

***

"Assalamualaikum" ucap Dami dan Nena serentak.

"Waalaikumsalam, Damar ini temannya udah datang" ucap Bu Ima.

"Masuk yuk, tolongin gue di dapur" ajak Damar.

"Gue numpang solat Mar, udah asar nih" ucap Nena dan ia langsung menuju kamar mandi dan mengambil wudhu.

"Sajadah ada di kamar gue Na, solat disana aja" ucap Damar.

"Lo nggak solat Dam?" Tanya Damar pada Dami.

"Nggak Mar, gue lagi halangan. Buruan apa yang mesti gue bantuin?"

"Tolong goreng kerupuk sama tahu ya Dam"

"Sipp" ucap Dami.

"Adek kembar lo tidurnya pulas banget Mar" ucap Nena setelah selesai solat dikamar Damar.

"Mereka baru tidur Na, habis habis lomba nangis, jadi kecapean. Baru juga setengah jam tu bocah kembar tidur" ucap Damar.

"Jadi gue bagian apa sekarang?" Tanya Nena.

"Lo ungkep ayam ya Na, itu bumbunya udah digiling ibu tadi"

Bu Ina sibuk mencuci piring di warung lalu membersihkan meja. Hari sudah Magrib sema masakan sudah diletakan di warung. Nena, Damar, Bu Ima dan kedua  adik balita Damar sedang solat magrib berjamaah. Sedang Dami bertugas menunggu warung. Baru selesai Damar mengucap salam mengakhiri solatnya pelanggan berdatangan. Tiga buah angkot berhenti tepat di depan warung Bu Ima. Enam orang supir truk memesan makanannya. Dami langsung berlari ke dalam.

"Bude ada pelanggan" ucap Dami Antusias. Bu Ima segera keluar. Lalu mengoreng ayam da ikan lele. Nena menyiapkan makanan ke dalam piring. Ia mencetak nasi lalu meletakan selada, timun, dan sambal terasi di atas piring. Dami mengambil air cuci tangan dan Damar tengah membuat kopi dan teh. setelah siap Nena dan Dami lalu mengantarkan makanan ke meja para supir itu.

Malam itu pelangan pecel lele Damar rami sekali padahal baru hari pertama. Semuanya ikut senang meski mereka kelelahan.

"Udah jam sepuluh, kalian pulang aja udah malem" ucap Damar.

"Iya Mar, gue pulang dulu, Dami lo nginap di rumah gue kan?" Tanya Nena.

"Iya, gue nginap di rumah lo" jawab Dami. Damar pun mengantarkan kedua sahabatnya itu sampai ke rumah Nena. Ketiga sahabat itu berjalan diantara redup lampu jalan.

"Thanks ya" ucap Damar sekali lagi. "Gue sayang banget sama lo berdua" sambung Damar.

"Apaan si lo mar, pake thanks segala" ucap Dami.

"Makasih udah anterin kita Mar, hati-hati ya" kata Nena.

****

" Yuk Dam sarapan dulu" ajak Nena saat Dami baru keluar dari kamar setelah mandi. Riga dan Farhan sudah duduk di meja makan.

"Pagi Kak Riga, Kak Farhan" sapa Dami.

"Kayaknya capek banget jadi kariawannya nih" ucap Farhan.

"Iya Kak, alhamdulillah warung Bude rami banget" sambung Nena.

"Kak Riga sekarang semester berapa sih?" Tanya Dami.

" semester tujuh kenapa?" jawab Riga sambil memakan nasi gorengnya.

"Bukannya Kak Riga D3, bukannya harusnya udah wisuda Kak?" Tanya Dami polos.

"Harusnya sih iya" jawab Nena.

"Sekarang Riga lagi nyusun tugas akhir, makanya kalian doain biar TA Riga selesai" ucap Farhan membela saudara kembarnya.

"Kalau Kak Farhan gimana?" Tanya Dami lagi.

"Sekarang Kak Farhan masih ada mata kuliah praktek, doanin aja bisa wisuda tepat waktu ya"

"Amin" jawab Dami dan Nena serentak.

***

"Hai Kak Meki" ucap Nena setibanya di toko bersama Farhan.

"Hai cantik" jawab Meki usil seperti biasa. "Cie yang mau jadi mahasiswa" sambung Meki.

"Iya Kak Alhamdulillah, sini Nena bantuin" kata Nena lalu membantu Meki yang tengah memasak indomie kuah.

"Mek, disain yang udah di cetak yang mana aja?" Tanya Farhan.

"Mug buat souvenir pernikahan baru 750  yang selesai. Itu pun belum diplastikin" jawab Farhan lalu duduk di sebelah Farhan yang sibuk dengan komputer.

"Ya udah hari ini kita selesain pesanan mug souvenir itu. Biar Nena yang plstikin yang udah selesai.

"Ini Kak Meki" Nena tiba dengan membawa semangkuk indomie kuah.

"Kamu mau?" Tanya Meki.

"Nena udah sarapan sih tadi, tapi kok jadi pengen juga di rumah mana boleh Nena makan mie sama Kak Farhan" ucap gadis itu lalu ia pun mengambil sendok di dapur. Dan ikut memakan mie Meki.

"Hmm...hmm.." Ucap Farhan. "Tiap kesini pasti minta Mie Meki, kamu tu nggak bisa di larang ya Dek" sambung Farhan.

"Nena cuma nyicip dikit kok Kak, iya kan Kak Meki" Nena berusaha mencari pembelaan.

"Iya, biarin kenapa sih lo jadi ab ang kok jahat banget" Meki lalu membela Nena.

"Mekasih ya Kak Meki udah bela Nena" jawab Nena lalu tetap melahap mienya.

"Ya udah, jadi adeknya Meki gih kamu sana Dek" sambung Farhan.

"Beneran? Kebetulan gue kepengen banget punya adek perempuan" ucap Meki sambil tertawa. Tak mau berdebat terlalu lama Farhan lalu melanjutkan pekerjaannya.

Setelah selesai makan mie, Haris pun tiba dan lekas membantu pekerjaan kedua temannya itu.

"Hai Kak Haris" sapa Nena canggung pada Haris yang pendiam. Lelaki itu hanya menganggu sambil tersenyum
Nena bersama Meki lalu melanjutkan membukus mug pesanan dengan memasukannya ke dalam kotak berwarna pink bertuliskan nama sang mempelai.

***

"Aduh Nena jadi deg-degan gini yah Ka" ucap Nena ketika akan berangkat ke kampus.

"Ciee ada yang nervous nih jadi mahasiswa" ucap Riga.

"Buruan yuk kamu masuk jam 08:00 hari ini kan?" Ucap Farhan lalu memberikan helm ke Nena.

"Semangat ya Dek" ucap Farhan pada adik bungsunya.

"Kak Farhan ke kampus dulu" Farhan lalu mememutar motornya dan pergi menuju kampusnya yang berjarak 10 km dari kampus Nena.

Nena melihat krs miliknya. Pagi ini ia ada mata kuliah umum (MKU) si gedung B lantai 3 ruang 301. Ragu-ragu Nena memasuki kelas itu. Ada beberapa mahasiswa sudah tiba. Melihat tak ada satu pun yang ia kenal ia pun memilih duduk di bangku kosong paling depan dekat jendela. Kelas sudah rami, setiap orang rata-rata telah saling berkenalan dengan teman sebangkunya. Nena hanya diam sibuk mengutak-atik ponselnya karena belum ada seorang pun yang duduk di sebelahnya. Asing begitulah yang Nena rasakan di dalam kelas yang bisa memuat 60 orang mahasiswa. Baru saja memasuki kelas. Kelas pun hening ketika Pak Maaruf mengabsen satu persatu mahasiswanya. Tiba-tiba pintu terbuka seorang pria tinggi dengan rambut yang sedikit berantakan mengunakan jeans dan kaos hijau. Tangan kanannya meyandang tas ransel hiyam sedang tangan kirinya memegang helm.

"Permisi Pak saya terlambat" ucap pria itu.

"Silakan masuk" ucap pak Maaruf. Pria itu melihat seisi kelas mencari bangku kosong. Ia lalu melihat bangku tepat di sebelah Nena dan duduk disana.

"Gue Obiet, lo siapa?" Pria itu menjulurkan tanganya ke arah Nena yang duduk di sebelahnya.

"Gue Nena" ucap Nena singkat.

"Angkatan berapa?" Tanya Obiet lagi sambil mengeluarkan leptopnya.

"Baru masuk tahun ini" jawab Nena. Lalu pak Maaruf mulai menjelaskan silabus mata kuliah dan parahnya beliau langsung memberi tugas.

"Baru masuk langsung dikasih tugas aja" Nena bermonolog pada dirinya sendiri.

"Kuliah emang gitu, ini baru permulaan lo bakal rasain 'nikmatnya' kuliah di hari-hari selanjutnya" ucap Obiet.

"Oke kuliah berakhir" ucap Pak Maaruf lalu meninggalkan kelas.

"Ada kuliah lagi habis ini?" Tanya Obiet pada Nena.

"Iya" jawab Nena singkat.

"Anak Kimia ya?" Tanya obiet lagi pada Nena.

"Iya Kok lo tau sih?" Tanya Nena bingung. Obiet pun menunjuk pin bertuliskan logo Teknik Kimia yang ada di kotak pensil Nena.

***
Nena berjalan kaki dari MKU menuju fakultasnya. Selanjutnya ia ada mata kuliah Kimia Dasar. Masih ada waktu 1,5 jam lagi sebelum masuk. Maka Nena beristirahat sejenak di musolah lalu solat Zuhur. Hari pertama masuk kuliah Nena belum menemukan tentang asyiknya dunia kuliah seperti yang ia sering lihat di televisi. Nena masih sendirian dan pastinya belum punya teman.

"Hai" Sapa seorang gadis berjilbab tosca. "Kenalin aku Mia, Kamu anak Kimia juga?" Tanya gadis itu pada Nena.

"Hai" ucap Nena riang ada yang ingin berkenalan dengannya. "Aku Nena, iya aku kimia juga"

"Sama dong"ucap Mia senang.

"Entar kita bareng ya ke kelas" ucap Nena lagi. Mia pun mengangguk. Mia pun menjadi teman perempuan pertama yang Nena kenal.

"Kita duduk di sini aja yuk" ajak Mia saat memasuki kelas. Di kelas telah ada 5 orang mahasiswa masing-masing sibuk dengan ponselnya. Sama dengan Nena pastilah mereka semua merasa canggung. Saat berada di dalam kelas yang tak satu pun yang mereka kenal. Untunglah Nena kini telah ada teman.

"Hai" sapa Mia ramah pada gadis yang duduk di belakangnya. "Aku Mia" sambung gadis berjilbab nan ramah itu.

"Hai Mia, Aku Keke"

"Aku Nena" ucap Nena ikut serta. Maka hari itu menjadi hari saling berkenalan dengan teman baru meski telah banyak berkenalan hanya nama beberapa orang saja yang Nena hapal. Setiap dosen mengabsen Nena selalu berusaha meningat wajah dan nama dari teman-temannya itu.

Hari pertama kuliah, Nena mulai terkesan dengan Mia. Mahasiswa cantik berhijab syar'i itu telah menarik perhatianya. Nena pikir dulu wanita berhijab syar'i itu tidak akan asyik diajak berteman dan kaku. Begitulah pikirannya. Tapi kehadiran Mia membuat semua prasangkanya salah. Mia dengan hijabnya menjadi anak yang ramah bahkan hampir satu kelas hapal dengan nama Mia padahal baru satu hari perkuliahan. Selain karena tampilanya yang berbeda karena dalam ruang kelas yang berisi 40 mahasiswi hanya Mia yang mengunakan jilbab syar'i walaupun ada sekitar 10 mahasiswi yang mengenakan hijab dan sisanya tidak berhijab sama seperti Nena.

Mia pula yang berinisiatif untuk memilih ketua kelas. Akhirnya semua kelas setuju. Dipandu Mia terpilihlah tiga orang kandidat ketua yaitu. Raka, Dimas, dan Bian. Sesuai hasil pemungutan suara Bian terpilih menjadi ketua kelas Teknik kimia A angkatan 2017.

"Selanjutnya kita harus pilih bendahara kelas" Mia memberi instruksi.

"Kalau Mia aja bendaharanya gimana?" Tanya Bian pada anggota kelasnya.

"Setuju...." Jawab seluruh kelas serentak.

***

"Gimana hari pertama kuliahnya? Seru nggak?" Tanya Farhan seusai membantu Nena memasak untuk makan malam.

"Ternyata gitu ya rasanya kuliah Kak, apalagi pas di kelas MKU rasanya canggung banget, soalnya gak ada satu makhluk pun di kelas itu yang Nena Kenal"

"Haha, jadi kamu nggak dapat teman ceritanya?"

"Ya gitu deh Kak, di MKU itu semua jurusan di gabung ya Kak? Angkatanya di gabung juga?" Tanya Nena lebih ingin tau.

"Iya Dek, namanya juga Mata Kuliah Umum yah satu kelas campur semua jurusan. Angkatanya juga beda-beda" jelas Farhan.

"Oh, jadi nggak anak tahun satu semua ya Kak?"

"Ya nggaklah Dek"

"Oh iya Kak di kelas Nena udah dapat teman Kak"

"Kelas jurusan?" Tanya Farhan.

"Iya Kak, lebih tepatnya kelas satu program studi. Namanya Mia kak, anaknya pakai jilbab panjang gitu. Mia menepis semua hal negatif Nena tentang cewek pakai jilbab syar'i Kak. Dulunya Nena pikir cewek yang pakai jilbab syari itu orangnya kaku, pendiam, dan nggak asyik. Ternyata Mia nggak kayak gitu Kak. Anaknya ramah, suka ngomong, fleksibel banget pokoknya. Malahan Nena yakin satu kelas sudah hapal sama yang namanya Mia. Nah kalo Nena paling cuma satu dua orang aja yang ingat nama Nena" Nena mulai bercerocos panjang lebar.

Farhan hanya terus memerhatikan adiknya. Mendadak ia teringat akan seorang gadis berjilbab syar'i yang selalu ada di pikirannya.

"Oh iya Kak, Nena ketemu sama Kak Delisah lo Kak beberapa hari yang lalu" sambung Nena lagi membuat mata Farhan membesar.

"Dimana?" Farhan mulai tertarik.

"Dikampus Nena Kak, waktu Nena daftar ulang. Nena ketemu di halte Bus Kak Delisa juga lagi nunggu Bus. Nena pangling kak Delisah juga udah pake jilbab syar'i. Kak Farhan udah tau belum?"

Farhan mengangguk. "Sejak masuk kuliah Delisah udah hijrah."

"Terus kenapa Kak Farhan nggak temenan lagi sama Kak Delisah?" Tanya Nena.

"Delisah yang sekarang, udah beda. Dia sudah udah jaga jarak dengan pria demi bisa menjaga pandangan dan hatinya. Dulu dia juga sempat nelpon Kakak, dan bilang kayaknya Dia nggak bisa temenan sama Kak Farhan kayak jaman SMA dulu lagi. Kak Farhan pun menghargai keputusan dia. Makanya hingga saat ini Kak Farhan Sama Delis kayak orang nggak kenal satu-sama lain. Hehe" Farhan pun tertawa miris.

"Kak Delisah satu kampus sama Kak Farhan kan? Kok waktu itu dia di kampus Nena ya?"

"Ada perlu Kali Dek" jawab Farhan. "Eh mau udah adzan magrib, Kak Farhan ke  masjid dulu. Kamu sendirian nggak apa-apakan?"

"Iya nggak apa-apa Kak, moga aja nggak mati lampu" jawab Nena.

***

Seusai solat magrib Nena membuka grub DDN dan ia pun ingin curhat dengan kedua sahabatnya itu.

Nena: lo berdua tau nggak hari pertama gue langsung dapat PR.

Damar: Sama gue juga 😑 udah dapet teman baru belum lo Na?

Nena: alhamdulillah udah Mar, meski cuma kenalan sekilas gitu. Masih lupa-lupa gue nama mereka Mar. Eh Dami mana?

Damar: Tau nih, Dami... Lo dimana?

Dami: Hai guys... Gue pengen nangis 😫

Nena: kenapa lo Dam?

Dami: Senior gue kok jahat amat sih? Gue baru pulang dari kampus.

Damar: Ngapain lo di kampus Dam?

Dami: Gak tau tuh senior seluruh anak baru di suruh kumpul di HIMA. 😏

Nena: Nikmatin aja Dam... Hihii

Dami: lo ketawa ya Na? Emang lo nggak ada di suruh kumpul di HIMA?

Nena: setau gue belum ada Dam.

Damar: gue bantu emak gue julalan dulu ya.

Nena: Moga laris ya Mar.

Dami: Gue mandi dulu. Malam minggu kita ketemuan ya

Nena: pantasan ada bau tak sedap. Mandi gih sana. Ketemuan? Oke mau banget.

***

Nena membuka grub line TKA17. Banyak pengumuman disana.

Bian: Guys kata senior besok habis asar (sudah selesai kuliah) kita kumpul di lapangan belakang rektor. Dont forget yah.

Raka: ngapain tu? Mau dianiyaya kita?

Serly: ah malas gue kalau begitu mah.

Bian: katanya sih tadi buat ajang sillsilaturahmi. Jangan sampe ada yang nggak datang.

Mia: Nggak ada salahnya kita datang aja besok ya.

Nena: oke Mia, thanks infonya Bian.

Bian: Oh iya besok kita udah masuk ke labor, praktikum jangan lupa pinjem jas lab ke senior guys! Kalo nggak mau diusir gitu kata Asisten dosen nitip pesan ke gie tadi.

Lala: OMG... Serius?!

Bian: Jas lab sekolah lo ada kan? Pakai itu aja guys.

Nena: Gue nggak punya. Gimana dong 😥

Nena pun mulai panik. Bingung kemanadia harus mencari pinjaman jas lab untuk mata kuliah besok pagi. Apakah ia harus pergi ke sekolah malam-malam begini untuk meminjam jas lab sekolah Kak Bu Gina.

Mia: Biar gue pinjemin buat lo besok Na. Tenang aja.

Nena: Serius Na? Thanks banget 😍

***

"Nena pergi dulu Kak" ucap Nena terburu-buru setalah memasang sepatunya.

"Payungnya ketinggalan" teriak Riga tatkala Nena baru tiba di gerbang.

"Hari sekarang musim hujan" ucap Riga lagi ketika Nena mengambil payung polkadot hitam-putih miliknya.

"Thank Kak Riga, Nena pergi dulu" ucap gadis itu kembali berlari menuju halte bus. Bus telah tiba, entah keberuntungan apa pagi ini Nena bisa mendapat kursi kosong di Bus. Gadis itu lalu mengatur nafasnya. Merapikan lengan kemeja soft pinknya dan rambutnya yang berantakan karena berlari tadi. Gadis itu mengambil ikat rambut di dalam tasnya dan meningikat satu rambutnya.

"Hai" sapa seseorang dan langsung gadis itu melihat ke sumber suara.

"Hai, Obiet" sapa Nena ramah pada pria yang kini duduk dibangku sebelahnya. Obiet mengunakan celana jeans yang dipadu dengan kemeja bergaris-garis berwarna hitam.

"Kuliah pagi?" Tanya Obiet lagi

"Iya gue praktikum hari ini. Tugas kelompok IKD lo udah selesai Bit?"

"Belum, rencana sih hari sabtu kelompok gue bakal kerjain bareng"

"Oh iya, gue bawa bekal. Gue nggak sempat sarapan tadi. Lo udah makan? Nih makan yuk" ucap Nena lalu ia mengeluarkan kota bekalnya berisi roti selai.

"Gue udah kenyang, Na"

"Serius?" Tanya Nena lagi. Obiet pun mengangguk. Nena lekas menghabiskan roti selai strawberry miliknya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Halo Assalamualaikum Mia" ucap Nena mengankat telpon dari Mia.

"Lo dimana?"

"Gue lagi otw di bus nih, kenapa?"

"Buruan tadi gue kiat asdosnya udah pada dateng"

"Iya, jas lab gue jadi lo bawain kan?"

"Iya ada, udah gue tutup dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" ucap Nena lalu menutup telponnya.

Bus pun berhenti. Nena bergegas keluar dari bus dan langsung menuju laboratorium.

"Gue duluan ya Bit, takut kenah marah sama asisten dosen. Menurut kabar yang beredar dia galak" ucap Nena lalu pergi mendahului Obiet.

Pukul 07:00 seluruh mahasiswa telah terkumpul di dalam ruang laboratorium.

"Gue kira kuliah itu santai, ternyata bro kita jama 07:00 teng udah masuk. Mending SMA masuk jam 07:30" Bisik Bian pada Raka.

"Berarti selama ini kita sukses dikibulin sama sinetron tv" jawab Bian.

"Di tv mah kuliah kerjaanya pacaran doang" sambung Raka lagi.

"Hai yang di belakang!" Teriak salah satu asdos sontak membuat Raka dan Bian terkejut. Seluruh kelas hening.

"Baiklah adik-adik sekalian, perkenalkan nama saya Benti Asani, semester ini saya akan menjadi asisten dosen kalian di mata kimia dasar. Sebenarnya kami berdua, akan tetapi taman saya saty lagi sedikit agak terlambat. Nah itu dia" ucsp Benti ketika melihat seorang pria memasuki pintu. "Sini Bit, kenalin diri lo" sambung Benti.

"Perkenalkan nama saya Obieto Pratama, saya harap adik-adik bisa mengikuti praktikum semester ini dengan baik. Ada yang mau ditanyakan?" Tanyanya lagi.

"Sekarang semster kak?" Tanya salah seorang dari mereka.

"Sekarang saya semester lima, ada yang mau ditanyakan lagi?" Tanyanya lagi.

"Ah? Semester lima? Gue kira semester satu" Nena bermonolog pada dirinya sendiri.

"Kenapa lo Na?" Tanya Mia.

"Kayaknya gue shock deh Mi" jawab Nena asal.

Benti dan Obiet menjelaskan peraturan di laboratorium, sistem penilaian, serta judul-judul percobaan yang akan dilakukan di semester ini.

"Untuk format laporan, dan buku penuntun praktikum bisa kalian beli du kopma" ucap Benti.

"KOPMA apaan tu Kak?" Tanya Keke.

"Koprasi mahasiswa" jawab Benti. Keke pun menganguk. Karena selama ini yang ia tau KOPSIS alias koprasi siswa.

Jan perkuliahan pun berakhir Nena dan Mia lekas menuju KOPKA untuk membeli buku penuntun. Ternyata ada Obiet disana.

"Mi gue tunggu disini aja ya, tolong beliin penuntun praktikum gue" ucap Nena berubah pikiran ketika melihat Obiet ada disana.

"Emang kenapa?" Tanya Mia bingung.

"Aduh Mia, please nggak usah banyak tanya. Pokoknya gue tunggu disini" ucap Nena lalu duduk di salah satu bangku yang disediakan di sepanjang taman kampus. Mia pun menurut dan pergi menuju KOPMA.

"Aduh mati gue" ucap Nena ketika melihat Obiet yang keluar dari KOPMA dan berjalan menuju ke arahnya. Nens segers menundukan wajahnya agar tidak di kenali.  Berhasil ternyata Obiet hanya melewati Nena saya. Nena pun merasa lega dan beberapa detik kemudian ada seseorang memangilnya. "Ngapain sendirian disini?" Tanya Obiet yang entah kenapa sudah berdiri di hadapan Nena. Wajah Nena pucat pasi.

"Eh, anu Kak. Maaf banget yah Kak.saya kira kita satu angkatan. Salah saya juga sih nggak nyanya Kak Obiet angkatan berapa. Maaf banget ya Kak selama ini saya manggilnya lo-gue, harusnya kan pakai Kakak" Tutur Nena panjang lebar.

"Haha, lo kok pucat gitu? Biasa aja Kali Na" ucap Obiet sambil tertawa.

"Pokoknya saya minta maaf banget ya Kak. Permisi Kak saya kesana dulu" ucap Nena lagi pergi menghampiri Mia tang telah kelusr dari KOPMA.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu(t)heNote : Bangga itu

Ngekos bareng bang Apin ( Republik Idola seri 1)

Orang yang pertama