EMPAT
"Jadi Kak Farhan sekarang udah punya toko sendiri? Sejak kapan? Kok nggak cerita-cerita ke Nena?" ujar Nena sambil menyetrika baju di malam minggu.
"Nah, ini kan kakak mau cerita" jawab Farhan sambil menyemprotkan pewangi ke baju yang akan di strika Nena.
"Jadi gimana ceritanya?"
"Iya, 2 hari yang lalu Riga ngasih tau ada ruko murah di dekat kampus. Akhirnya kakak sewa"
"Kakak mau jualan apa sih?"
"Mau buat percetakan gitu Dek, kamu tolong promosiin ke teman kamu ya Dek, siapa tau ada yang mau buat pin, mug, atau bantal karakter" ujar Farhan sambil menyengol bahu adiknya.
"Brosurnya mana? Biar Nena tempel di mading hari senin besok kak" ujar Nena sambil memberikan baju kemeja yang sudah di hanger pada Farhan.
"Brosurnya udah ada kok Dek, Ntar kak Farhan kasih" jawab Farhan lalu berdiri menggantung baju yang baru distrika adiknya itu.
"Semoga bisnisnya sukses yah Kak, kak Riga jam berapa sih pulang?"
"Malam minggu gini pastinya dia pulang tengah malam, kenapa?"
"Kalo Nena nitip beliin hanger baju, kira-kara kak Riga mau beliin nggak ya Kak. Hanger kita kurang nih Kak"
"Hahhaa" Farhan tertawa. "Kamu ada-ada aja, mana mau dia beli begituan" ucapnya lagi.
"Yah siapa tau kan kak, hehe"
"Setirikaan kamu tinggal ini aja kan Dek?" ucap Farhan sambil menyemprotkan pengharum di baju ungu milik Nena.
"Iya, emang kenapa? Selembar lagi selesai Kak"
"Mau nemenin kakak ke toko nggak?"
"Ya udah, ayo kak Nena juga mau liat"
"Ya udah kamu ganti baju cepat yah, nanti kemalaman" ujar Farhan sambil melihat jam menunjukan pukul 20:34.
Nena menuju kamar, untuk menganti bajunya. Gadis itu mengenakan jeans panjang dengan baju kaos pendek dipadu dengan kardigan selutut berwarna hitam. Rambut sebahunya diikat ke atas.
"Udah siap?" tanya Farhan.
"Udah donk Kak, Nena ma dandan nggak lama"
"Cowok pasti nanti bayak yang suka sama kamu"
"Kok gitu kak?"
"Soalnya kamu itu orangnya simpel, nggak ribet, tampil apa adanya tanpa harus bedak sana-sini" jawab Farhan sambil memberi helm pada Nena.
"Kayaknya cuma Kak Farhan deh yang suka sama Nena. Di sekolah mah nggak ada kak. Lagian Nena belum minat pacaran mau fokus sekolah dulu"
"Kamu emang adik Kak Farhan yang paling keren...!" puji Farhan pada adik satu-satunya itu. Lalu mereka pergi menuju toko.
"Wah, kapan keren tokonya Kak" ucap Nena kagum saat melihat toko Farhan dengan nuansa klasik dengan dinding kayu.
"Beneran keren?" Farhan memastikan.
"Iya keren kak, Nena suka"
"Jadi disini di dekat pintu tepat pemesanan sama disain Dek." Farhan menunjuk meja berisi dua unit komputer yang baru di belinya. "Terus disini rak bahan-bahan dasar. Terus yang itu tempat pajangan barang yang sudah jadi. Nah di belakang ini ruang cetak. Ini mesin cetak PIN, ini untuk cetak spanduk" Farhan menunjuk beberapa mesin yang ada di ruang belakang. "Ini kamar buat istirahat, kamar ala kadarnya, cuma Kak Farhan batasin pake triplek. Terus dibelakang ada kamar mandi" Farhan mengakhiri penjelasannya.
"Wah, kayaknya bakal asyik kerja disini Kak, oh iya kak Farhan dapat uang dari mana?"
"Dari uang jual motor, terus alhamdulillah PMW kakak lolos, kemarin pengu
mumannya"
"Emang apa judul PMW nya Kak?"
"Cre-Rudisain (Creative Rumah Disain), alhamdulillah dapat dana 30 juta Dek" ujar Farhan lalu mereka berdua duduk di di sofa ruang cetak.
"30 juta? Wow!Terus teman-teman kakak yang lain siapa aja?" Nena semakin tertarik dengan bisnis baru kakaknya.
"Kak Farhan ketuanya, anggota kakak ada 3 orang lagi. Ada Haris, Meki sama Soni"
"Ohh" Nena mengangguk-angguk meskipun ia tidak mengenal ketiga nama yang disebut kakaknya.
"Wah...wah...wah tempat kerja kita kok mala jadi tempat malam mingguan sih?" tiba-tiba pintu toko terbuka, dan seorang pria tinggi berkulit gelap memasuki toko.
"Udah datang lo Son" ucap Farhan saat melihat Soni tiba.
"Siapa ni?" sambil melihat ke arah Nena.
"Ini Nena adek gue"
"Hai Nena...!" Soni melambaikan tanganya pada Nena yang mulai sedikit risih.
"Iya Kak" jawab Nena canggung berusaha bersikap sopan pada teman kakaknya itu.
"Meki sama Haris juga mau kesini" ujar Soni lalu menghidupkan komputer barunya.
"Serius? Kok bisa barengan gini. Gue pikir mereka pergi ngedate" ujar Farhan.
"Nah itu mereka datang" Soni menunjuk ke arah jendela.
"Disini juga lo?" ujar Meki yang bertubuh gempal pada Farhan.
"Ya udah kita rapat aja malam ini. Mumpung cewek-cewek lo nggak ada" sambung Haris yang berkulit putih.
"Eh, itu cewek siapa" tanya Meki saat melihat Nena yang tengah duduk di sofa ruang cetak sambil memainkan ponselnya.
"Itu adeknya Farhan, cantik loh" Soni setengah berbisik.
"Wah, awas lo kalau ganguin adek gue" Farhan mulai berang.
"Nggak dikenalin ke kita?" tanya Meki. Farhan lalu memanggil Nena, memang lebih baik jika Nena kenal dengan teman satu kerjanya.
"Sini Dek, ini namanya Soni, yang gendut itu namanya Meki, kalo yang paling cool ini namanya Haris" ucap Farhan sambil menunjuk temannya satu persatu.
"Nah ini adek gue, Namanya Nena" sambung Farhan lagi. Nena hanya mengangumkan kepalanya pelan tanda menyapa.
"Hai Nena, nggak usah takut gitu. Bang Meki orangnya baik kok" ucap Meki sambil tersenyum.
"Nena mau kak Farhan antar pulang?" tanya Farhan saat melihat adiknya yang mulai merasa tidak nyaman.
"kak Farhan mau rapat ya? Lama nggak?"
"Paling sampe jam 22:00 kok Nena" ujar Soni.
"Emh, Nena tunggu aja deh Kak, daripada di rumah sendirian" ujar Nena pada Farhan.
"Oke... Yuk kita mulai rapatnya!" ajak Haris.
"Kak Nena nunggu di luar aja ya kak"
"Hati-hati nanti di culik Nena" ujar Meki dan langsung dijitak oleh Farhan.
***
Nena duduk di bangku luar toko. Di luar banyak sekali orang-orang berjualan ia mengecek uang dalam sakunya cardigannya. Lalu gadis itu pun berwisata kuliner sendirian. Ia mulai menuju gerobak satu ke gerobak lainnya. Mulai dari membeli sosis gulung, jamur crispy, lalu berlanjut ke jasuke (jagung susu keju) semua habis dimakan nya. Terakhir ia menuju gerobak bertuliskan Hot chocolate. Ia pun memesan empat gelas coklat hangat untuk Kak Farhan dan teman-temannya. Uang lima puluh ribu di sakunya pun kini hanya tersisa lima ribu saja. Uang pemberian Kak Riga siang tadi habis dalam sekejap.
Nena lalu berjalan kembali menuju toko sambil membawa empat gelas hot chocolate.
"Ini Kak diminum" ucap Nena lalu memberikan minuman pada Farhan dan ketiga temannya.
"Wah, makasih ya Nena. Kok mala kita yang di traktir sih?" ujar Soni.
"Iya, seharusnya kita yang traktir di Dedek Nena" Sambung Meki sedang Haris hanya diam tak ikut bersuara.
"Nggak apa-apa kok kak, biar rapatnya makin fokos kan butuh energi." jawab Nena sekenanya.
"Makasih ya Dek, entar duitnya Kak Farhan ganti yah" ujar Farhan.
***
"Hoamh"
"Udah ngantuk banget ya Dek?" ucap Farhan lalu membuka kunci rumah.
"Iya kakak, malam minggu biasanya jam sembilan Nena udah molor. Ini udah jam sebelas Kak. Ngantuk"
"Ya udah tidur sana" Nena lekas menuju kamar. menganti bajunya, lalu ia pun tertidur. Sementara Farhan mengunci gerbang lalu memasukan motornya ke dalam rumah. Sepertinya malam ini Riga tidak akan pulang.
***
"Nenaa... Subuh Dek" Farhan mengetok kamar adiknya.
"Iya Kak" jawab Nena dari dalam kamar dan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Di dapur Farhan sedang membuat susu coklat.
"Ini susu kamu" Farhan menyodorkan segelas susu coklat ketika Nena telah selesai solat.
"Kak Riga nggak pulang ya Kak?"
"Dia nginap di rumah Alex"
"Oh si Alex"
"Kamu tau?" tanya Farhan penasaran.
"Nena pernah ketemu sama si Alex waktu Nena di traktir ice cream sama Kak Riga"
"Kapan?"
"Waktu Nena ulang tahun Kak"
"Kapan Ujian nasional?"
"Tinggal 2 bulan lagi kak, aduh Nena jadi dag-dig-dug"
"Kamu mau kuliah dimana?"
"Emang kita ada Dana buat kuliah Nena?" ucap Nena sambil mengaduk susu coklatnya.
"Ya adalah, Kak Farhan bakal bayarin kuliah kamu, kamu nggak usah cemas soal biaya"
"Nena belum kepikiran Kak, Kak Ayah apa kabar?"
"Oh Ayah... Emh itu..." Farhan bingung mau menjawab apa.
"Ada yang kakak sembuyiin dari Nena?"
"Nggak kok, ayah sekarang tinggal di kalimanatan Dek, udah nikah sama tante Indri" jawab Farhan ragu, tapi cepat atau lambat Nena juga akan tau.
"Oh" jawab Nena pelan. "Nena ke kamar dulu ya Kak, mau nelpon Dami sama Damar mau joging bareng" ujarnya mencari alasan. Jujur ia sangat merasa sedih mendengar ayahnya telah menikah lagi. Tapi ia tak mau Farhan cemas jika ia menangis.
"Nena pergi dulu ya Kak, udah di tunggu Dami sama Damar" jawab Nena berbohong. Ia sengaja mengenakan trening, sepatu kets agar Farhan tidak curiga.
"Hati-hati ya Dek" ucap Farhan, ia pun sedikit terkejut melihat respon Nena yang seperti tidak terjadi apa-apa saat mengetahui ayahnya telah menikah lagi. Nena lalu pergi berjalan kaki hingga ke taman kota yang telah dipenuhi orang-orang yang tengah berolahraga di pagi minggu.
Ia berjalan menyusuri taman mencari tempat yang sepi. Ia duduk di bagian tepi danau lalu air matanya pun menetes. Ia meluapkan semua kesedihannya. Ayahnya tak akan pernah pulang lagi, ia kini telah mempunyai keluarga baru. Gadis itu terisak. Entah telah berapa lama Nena terisak di tepi danau hingga matahari pagi pun semakin menyengat.
"Ngapain sih pagi-pagi udah nangis?" ucap seseorang dari belakang. Nena pun menoleh ke asal suara. Dilihatnya seorang pria mengenakan traning selutut berwarna putih, baju kaos hitam dan mengenakan topi berwarna hitam.
"Udah dua jam lo nangis disitu" ujar pria itu lagi sambil melihatkan tulisan 02:04:34 di stopwatch ponselnya. Nena lalu mengelap air matanya. Lalu ingin bergegas pergi.
"Lah tunggu dulu! Kok langsung pergi?" tanya pria itu lagi sambil mengejar Nena.
"Tunggu" pria itu menarik tangan Nena. Nena pun berhenti. "Matahari udah nongol, udah mulai panas, ntar lo pingsan lagi...!" ujar pria itu lalu memasangkan topi yang ia kenakan ke kepala Nena.
"Ya udah sana udah boleh pergi" ucapkan nya lagi. "La kok lo nggak jadi pergi? Ya udah gue aja yang pergi" pria itu pun pergi meninggalkan Nena yang diam mematung. Ia merasa heran sejak kapan Digta ada disana.
Nena melihat jam di ponselnya. Sudah pukul 10:12 Wib. Ia pun menuju keran umum di taman untuk membasuh wajahnya. Lepas itu Nena membeli air mineral dan berjalan kaki menuju rumah.
***
POV Digta
"Den nggak sarapan dulu?" tanya Bi Minah pada Digta yang telah berada di ruang makan sambil memasang sepatu olahraganya.
"Nggak usah Bi" jawabnya lalu ia pun bergegas mendayung sepedanya.
Digta memang termasuk siswa yang pemalas di bidang akademik. Tapi berbeda dengan olahraga, ia sangat menyukainya. Tiap pagi minggu ia selalu rutin berolahraga, terkadang menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Digta termasuk salah satu atlet renang di sekolah. Ia pun juga ikut tim basket di sekolah. Karena kemampuan ya di bidang olahragalah sekolah masih mempertahankan Digta meski ia termasuk anak yang pembangkang di sekolah.
Digta mengelilingi taman kota dengan sepedanya. Sampai di dekat danau tiba-tiba rantai sepedanya terlepas. Digtapun berhenti dan memperbaikinya. Tiba-tiba ia melihat seorang gadis duduk di tepi danau. Penasaran ia pun mendekatinya dan sadar bahwa gadis itu adalah Nena teman satu sekolahnya yang sempat pingsan beberapa minggu yang lalu. Digta pun mendengar is akan tangis Nena, tak mau menggangu ia pun duduk di rumput beberapa meter tepat di belakang Nena. Iseng Digta pun menghidupkan stopwatch di ponselnya. Ia melakukan push up dan sit up dan ternyata Nena tidak menyadari keberadaan Digta. Hari semakin terik, akhirnya ia memutuskan untuk menganggu aktivitas menangis gadis di depannya.
"Ngapain pagi-pagi udah nangis, lo udah dua jam nangis disitu" ujar Digta membuat Nena sedikit terkejut dan menoleh kebelakang. Ia melihat Nena akan segera pergi "tunggu dulu, kok langsung pergi" tapi Nena tetap pergi menjauh, Digta pun mempercepat langkahnya untuk mengejar Nena. "Tunggu" ujarnya sekali lagi kali ini ia menahan tangan Nena agar berhenti. "Matahari udah nongol, udah mulai panas, ntar lo pingsang lagi" Sambung Digta dan langsung memasangkan topi hitam yang ia kenakan ke kepala Nena. Kemudian ia pergi meninggalkan Nena yang mematung.
"Udah pulang Den, ayo makan dulu Den" ucap Bi Minah saat Digta pulang. Bi Minah adalah satu-satunya penghuni rumah yang perhatian pada Digta.
"Kakak nggak pulang Bi?" tanya Digta sambil membasuh wajahnya di westafel.
"Nggak Den, mungkin nginap di rumah temannya" jawab Bi Minah sambil menyiapkan makanan.
"Mama mana Bi?" tanyanya lagi saat merasa sudah sangat lama tidak bertemu dengan ayahnya.
"Nyonya ada rapat di luar kota Den"
"Ohh... Yuk Bi kita makan bareng" ajak Digta pada Bi Minah yang telah merawatnya sejak kecil.
"Bibi masih kenyang Den"
"Yuk Bi sini, temenin aku makan* paksa Digta akhirnya Bi Minah pun ikut duduk di meja makan menemani Digta.
***
"Lo jadi mau cari kerja?" tanya Alex pada Riga yang sedang mengeringkan rambutnya selepas mandi.
"Iya Lex, gue udah diterima di cars wash" jawab Riga.
"Jadi lo bakal jadi tukang cuci mobil Rig?"
"Kenapa? Lo gengsi temenan sama gue" tanya Riga lalu melempar handuknya ke arah Alex.
"Bukannya gitu, cuma gue nggak nyangka aja lo mau kerja kasar begitu" jawab Alex.
"Gue dibagian service lex, kapan lagi gue bakal cobain ilmu otomotif yang kita pelajaran di kampus"
"Lo sekarang udah makin bijak Bro" ujar Alex lalu memberikan Riga secangkir kopi.
"Adek gue bakal tamat SMA, Farhan yang mati-matian berkorban, jual motor terus buka usaha. Gue cuma ngarepin uang dari cewek gue Lex" Ujar Riga lalu menyeruput kopinya. "Sampai kapan gue bakal bergantung sama cewek gue, gue mau mandiri. Malam tadi gue udah putus"
"Serius lo udah putus?" Alex sedikit terkejut.
"Iya, gue mau coba hidup yang baru lex, hidup baru bareng Nena sama Farhan. Selama ini gue keluyuran terus, jarang di rumah sampai adek gue sakit masuk rumah sakit aja gue nggak tau. Kakak macam apa gue?"
"Kalo itu keputusan lo, gue bakal dukung kok Bro!" ucap Alex sambil menepuk bahu Riga.
"Gue cabut dulu ya, hari ini gue mulai kerja"
"Oke Bro, sukses ya"
Riga lalu meningalkan kamar kos Alex dan pergi ke tempat kerjanya.
"Halo Kak Riga, kakak dimana? Kok nggak pulang?" ujar Nena menelpon Riga.
"Iya nanti kakak pulang" jawab Riga sambil membersihkan tanganya yang penuh dengan oli.
"Nena udah masak untuk makan malam, Kak Riga pulang ya" ujar Nena bersemangat.
"Iya jam delapan Kak Riga udah di rumah kok" jawabnya lalu mengakhiri telpon dan melanjutkan pekerjaanya.
***
"Digta kelas berapa sih Dam?" tanya Nena pada Dami setelah selesai upacara.
"XII-IS 2 kalo nggak salah Na, emang kenapa?" tanya Dami heran, tumben sahabatnya ini bertanya soal Digta.
"Nggak apa-apa kok Dam". Jawab Nena berbohong, padahal sebenarnya Nena ingin mengembalikan topi Digta yang dipinjamkannya kemarin.
"Yuk ke kelas" ajak Nena lagi mengalihkan pembicaraan.
Mereka pun masuk ke dalam kelas, lalu memulai pelajaran. Pagi ini pelajaran kimia mereka pun kembali membahas soal-soal Ujian Nasional.
"Berikut ini yang tidak memenuhi aturan oktet adalah" Nena membacakan soal nomor delapan. "Jawabannya E. PCl5 Pak" sambung Nena lagi.
"Benar, yang lain bagaimana?" tanya pak Yuki.
"Sama pak" ujar mereka serentak.
"Oke lanjut soal berikutnya" ujar pak Yuki sambil berkeliling mengecek apakah semua siswanya membawa buku kumpulan soal-soal.
Tiga jam pelajaran pun berakhir. Siswa siswi pak Yuki sudah mahir dalam menjawab soal-soal kimia. Bel istirahat pun berbunyi, anak-anak segera menuju kantin
"Ke kantin yuk" Ajak Damar pada kedua sahabatnya itu.
"Gue ada perlu sebentar" jawab Nena
"Kemana?" tanya Dami.
"Ke kantor, ada yang mau gue tanyain ke pak Yuki soal materi KSP" Nena lagi-lagi berbohong. Ia masih enggan menceritakan prihal pertemuannya dengan Digta kemarin.
"Oke deh, ntar lo nyusul ya" ujar Damar.
"Yuk Mar" ajak Dami. Lalu mereka berdua pergi menuju kantin.
Nena mengambil topi hitam milik Damar, la berniat ingin mengembalikannya. Ia pun bergegas menuju kelas XII-IPS 2 dan berharap Digta ada di kelasnya.
"Permisi, Digtanya ada nggak?" ujar Nena canggung bertanya pada siswa yang berada di kelas.
"Makin banyak ada cewek cantik yang nyariin Digta" ujar siswa yang duduk di bangku paling belakang.
"Paling dia ngerokok di di kolam renang"ujar lelaki yang satunya lagi sambil memainkan bola basket.
"Makasih ya" ujar Nena lalu pergi meningalkan kelas itu. Iya pun menghela napas lega. Dari sepuluh kelas kelas XII Nena tidak begitu mengenal teman-teman satu angkatanya apalagi anak-anak kelas IPS. Ragu-ragu akhirnya Nena pergi menuju kolam renang sekolah. Ia pun mendorong pintu kaca kolam renang. Ia mengamati sekeliling kolam renang dan tetap tidak ada orang. Merasa takut berada di kolam renang itu sendirian ia pun bergegas keluar.
"Bruk..." Nena terjatuh ketika bertabrakan dengan seseorang di pintu kolam renang.
Langsung ia berdiri dan merapikan roknya.
"Lo nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa kok" ujar Nena yang baru sadar orang yang ia tabrak adalah Digta.
"Ngapain disini sendiri?" tanya Digta lagi.
"Oh, ini topi lo makasih ya" ujar Nena lalu langsung memberikan topi Digta dan ia pun bergegas keluar.
***
"Lama banget sih Na, bakso kita udah hampir abis nih" ujar Dami saat Nena baru tiba di kantin 10 menit sebelum bel masuk berbunyi.
"Nggak juga kok, ini siomay gue kan?" Nena memastikan makanan pesananya.
"Iya punya siapa lagi coba, buruan makan bentar lagi masuk" ucap Damar.
"Mar, Dam ntar ingatin gue nempelin brosurnya Kak Farhan ya" ucap Nena sambil memakan somaynya yang sudah dingin.
"Brosur apa?" Tanya Dami.
"Entar aja jawabnya Na, buruan abisin makanan lo 5 menit lagi masuk. Kita nggak bakal di bolehin masuk kalo telat sama Miss Risha" Damar mengingatkan lalu Nena pun cepat-cepat menghabiskan makananya. Dami pun langsung memberikan segelas air sedang Damar bertugas membayar makanan. Pas Bel berbunyi ketiga sahabat itu pun berlari menuju kelasnya di lantai dua.
#TBC
Komentar
Posting Komentar