DUA
Pukul 20:34 Farhan baru tiba di rumah setelah seharian berkeliling mencari tempat strategis untuknya membuka usaha.
"Assalamualaikum" ujar Farhan sambil mengetuk pintu yang terkunci.
"Waalaikumsalam" Jawab Nena sambil berlari menuju pintu.
"Kak Farhan kok telat telat pulang? Itu motor siapa? Motor kak Farhan mana" tanya Nena bertubi-tubi.
"Baru pulang langsung diinterogasi. Disuruh makan kek" jawab Farhan sambil mengacak-acak rambut adiknya.
'Oh iya, yuk kak kita makan, Kak Riga dari tadi udah kelaparan" kata Nena Lagi.
"Kok lo nggak makan duluan aja Rig, tumben lo nungguin gue" Tanya Farhan pada Riga yang sedang makan kacang goreng sebagai penganjal perut.
"Tau tu Nena, pake acara larang gue makan, cepetan deh gue udah lapar" Riga langsung menuju meja makan. Sepulang dari kedai ice cream Riga dan Nena pergi ke pasar tradisional. Seorang Riga ke pasar tradisional demi adiknya yang ingin berbelanja kebutuhan rumah tangga. Terpaksa ia menurut dan menjadi tukang membawa bahan belajaan Nena.
"Wow, menu baru nih" ujar Farhan saat melihat isi meja makan tidak ada si tempe orek.
"Iya dong, Nena kan udah janji mau belajar masak di youtube" sambung Nena sambil mengambil nasi untuk Riga. Sedang Farhan dengan membersihkan wajahnya di kamar mandi.
"Enak nggak nih?" tanya Farhan lagi.
"Em... Enak kok" ujab Riga yang telah melahap duluan makanan karena sudah terlanjur lapar.
"Emh... Ternyata kamu punya bakat masak Dek" puji Farhan.
"Iya yah Kak, Nena juga nggak nyangka bakal enak gini" jawab Nena juga salut dengan hasil masakannya ikan saus asam manis dengan sup telur puyuh.
"Oh iya sampe lupa" Farhan berdiri dari kursi lalu mengambil kantung berisi cake yang ia beli diperjalanan pulang tadi.
"Wah, Kak Farhan beli Cake buat Nena"
"strawbery cheese cake, yang pasti nggak ada coklatnya" jawab Farhan lagi.
"Makasih Kak Farhan, Makasih Kak Riga" Ucap Nena pada kedua kakak lelakinya itu.
Lahir dan dibesarkan di keluarga yang berada sedari kecil tidak membuat Nena tinggi hati. Meski dulu ia sering diantar jemput oleh supir, beberapa kali ia juga suka mengunakan bus ke sekolah. Ia bukanlah tipe anak yang tinggi hati dengan kekayaan keluarganya. Ia tetap sederhana. Oleh sebab itu Nena cepat beradaptasi dengan kondisinya saat ini. Sifat Nena lebih mirip dengan Farhan dan kebalikan dari segala sifat Riga. Riga yang emosian, suka clubbing, merokok dan balap liar.
"Jadi itu motor siapa Kak" Nena kembali bertanya saat tiga beradik itu sedang menikmati kue ulang tahun sambil menonton tv.
"Motor baru Kakak, yang lama udah kakak jual" jawab Farhan sambil melahap kuenya.
"Kok dijual?" tanya Nena lagi.
"Mesinnya udah rusak, udah tua" jawab Farhan Asal.
"Oh gitu, berarti Kak Farhan bisa ajarin Nena pakai motor metic dong"
"Nggak usah...!" Riga yang sedang berbaring di sofa ikut bicara.
"Kok nggak boleh sih Kak? Persaan kak Riga deh yang paling sering larang-larang Nena" jawab Nena kesal dengan kakaknya itu.
"Entar kamu kelayapan terus"
"Kak Riga kan juga kelayapan terus, Masa Nena nggak boleh...!"
"Han, liat tuh adek lo, udah pinter dia ngejawab gue! Ajarin gih sana" ujar Riga pada Farhan.
"Udah deh Dek, yang dibilang Riga bener. Kak Farhan juga setuju. Selagi ada Kak Farhan sama Riga yang masih bisa anter kamu nggak usah belajar pakai motor" Farhan berusaha memberi pengertian pada adiknya. Nena hanya menanggapi dengan anggukan malas-malasan. Lalu gadis itu menuju kamarnya untuk menyiapkan buku pelajaran esok pagi.
"Berapa lo jual Han" tanya Riga setengah berbisik setelah adik bungsunya masuk ke kamar. Kini mereka lebih leluasa untuk bicara.
"40"
"Motor baru lo? Berapa?"
"15 Rig, itu pun udah didiskon"
"Terus rencana lo mau buka usaha apa Han" tanya Riga lagi sambil memperbaiki posisi duduknya.
"Gue rencana mau buka usaha percetakan, mulai dari undangan sampai buat pin, mug, selempang wisuda. Cuma sewa tempat mahal banget Rig"
"Jadi lo belum nemu tempat?" tanya Riga lagi.
"Belum, seharian gue keliling nihil. Lo punya kenalan gak. Punya tempat strategis harga murah?"
"Entar deh gue tanya temen gue. Kalo ada gue kasih ke lo deh"
"Rencana lo sendiri apa Rig?" Farhan kembali bertanya.
"Gue buntu Han, belum nemu inspirasi yang jelas gue juga bakal usaha cari uang juga. Atm gue udah kosong belanja ke pasar bareng Nena tadi"
"Lo ke pasar?" Farhan tertawa. "Disuruh bawa kantong kresek lo tadi sama Nena? Haha"
"Iya tu anak nggak tau apa kakaknya ini cowok keren kampus. Jatuh harga diri gue Han" Ujar Riga sambil mengacak-acak rambutnya lalu ponselnya berbunyi. Ia pun berdiri dan pergi menuju kamar.
"Iya sayang, kenapa?" ucap Riga pada perempuan diujung sana.
"Kamu baik-baik ajakan beb?" ucap wanita diseberang sana. Ia merasa cemas mendapat kabar dari Alex tentang Riga yang berkelahi dengan ayahnya.
"Gue pusing nggak megang duit beb" jawab Riga lagi.
"Ya udah nanti aku transfer ke rekening kamu yah, papi belum ngasih uang. 2 juta cukup kan sayang?" tanya wanita itu lagi.
"Iya sayang, i love so much"
"Love tou too" jawab gadis bernama Selly itu.
Meskipun tidak bekerja, hidup Riga terjamin dengan adanya Selly. Selly gadis yang selalu mengejarnya-ngejarnya sejak ia berada di tahun satu perkuliahan akhirnya menjadi kekasihnya setahun terakhir sejak ayahnya di PHK. Selly yang memang anak orang kaya tak segan-segan memberi Riga uang dengan cuma-cuma. Entah itu benar cinta atau hanya sekedar memanfaatkan wanita itu saja lelaki ini pun ragu dengan hatinya. Ia jadi teringat pertanyaan Nena. Jika adiknya tau bagaimana seorang Selly tentulah Nena pasti akan terkejut.
***
"Kak Farhan, Kak Riga kapan sih mau solat?" ujar Nena menopang dagu dengan mukena putihnya selepas solat subuh.
"Doain aja biar dia dapat hidayah Dek" jawab Farhan yang sedang membuat kopi.
"Amin, semoga Kak Riga dapat hidayah" ujar gadis itu lalu melepas mukenanya dan segera ke dapur untuk membuat sarapan.
"Pagi ini kita makan sandwich aja yah Kak"
"Sip bos! Kapan mulai belajar tambahan di sekolah Dek" tanya Farhan sambil menyeruput kopinya dan menghidupkan tv.
"Minggu depan Kak, Nena bakal pergi pagi pulang malam. Kayaknya Nena bakal telat masak untuk makan malam deh Kak mulai minggu depan" ujar gadis itu sambil menggoreng telur untuk dimasukan ke dalam roti sandwichnya.
"Kalo itu nggak usah kamu pikirin Dek. Makan mah gampang. Kak Farhan dikit-dikit juga bisa masak kok"
"Kak, ayah kok belum pulang juga"
"Ayah nelpon kakak masih ada urusan satu minggu lagi" jawab Farhan berbohong.
"Tadi Nena coba telpon ayah tapi nomornya nggak aktif"
"Baterai ayah lowbat kali Dek, kamu nanti pergi Kakak antar ya" Farhan berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Nggak usah Kak, Nena janjian sama Damar pergi sekolah bareng, rumah dia di blok C kak"
"Kakak pernah ke blog C ada nasi uduk enak disana"
"Nah, itu yang jualan ibunya Damar Kak. Kemaren aja Nena dibawain tumpeng nasi uduk mini sama Damar, terus Dami juga kasih hadiah novel"
"Wah, senangnya punya teman seperti mereka ya. Si Riga ngasih kamu apa?" Tanya Farhan penasaran.
"Belum Nena buka Kak, rencana kemarin malam, tapi Kak Riga nyebelin malam tadi Nena jadi lupa sama hadiahnya. Tapi hadiahnya lumayan gede, berat lagi Kak. Nena ganti seragam dulu ya Kak" Ia segera berlari menuju kamar menganti seragamnya. Sebelum solat subuh gadis itu telah mandi dahulu, karena hari ini dia akan naik bus bersama Damar tentunya ia harus siap-siap lebih pagi. Tepat saja setelah gadis itu menganti seragam olahraganya ponselnya berbunyi.
"Na, kayaknya gue udah di depan rumah lo. Cat ungu kan?" ujar Damar.
"Iya Mar, Nih gue udah mau keluar. Bentar ya"
"Kak Farhan Nena pergi dulu. Jangan lupa bangunin kak Riga. Nena liat krs Kak Riga dia kuliah jam sembilan. Assalamualaikum...!"
"Waalaikumsalam, Iya... Hati-hati ya Dek"
***
"Lo berdua jadi pergi sekolah bareng tadi?" tanya Dami pada Nena dan Damar di perjalanan menuju perpustakaan.
"Jadi dong" jawab Nena.
"Kenapa Mi, lo cemburu yah gue pergi sama Nena. Naksir sama gue ya?" goda Damar.
"Idih.. Kaga sudi gue Mar, Muka kaya gitu juga, tunggu deh kalo lo seganteng Digta baru gue naksir sama lo" Jawab Dami sambil melihat Digta yang lagi di hukum hormat ke bendera.
"Heran gue, tu anak nggak capek apa ya dihukum terus" sela Nena sambil menggelengkan kepalanya.
"Mungkin itu hobi dia kali" celetuk Damar. Mereka telah tiba di perpustakaan untuk mengembalikan buku.
"Meski bandel gitu dia banyak fansnya kali Na"
"Salah satunya lo kan Dam?"ujar Nena sambil melirik sahabatnya itu.
"Nah, kan lo tau tu Na"
"Apa sih yang cewek suka dari si Digta?" Tanya Damar.
"Digta itu perfect! Nggak kayak lo Mar" Dami mulai menyikut bahu Damar.
"Manusia nggak ada yang perfeck kali Dam..." Sela Nena dan mereka bertiga pun masuk ke dalam kelas yang masih kosong ditinggal penghuninya ke kantin mengisi perut.
"Iya sih, perfect fisiknya maksud gue. Coba lo liat dia ganteng, cool, kulitnya bersih, tinggi pula, motornya keren lagi, kapan yah gue bisa dibonceng sama dia" Dami mulai berkhayal.
"Udah ah, nggak penting banget sih yang lo bahas" telinga Damar sudah mulai panas.
"Jangan ribut, mending kita hapalin materi untuk kuis biologi nanti" Nena mengingatkan.
"OMG...! Gue lupa kalo kita bakal kuis" Dami cepat-cepat mengambil buku biologinya.
Beberapa menit kemudian bel berbunyi Bu Santi guru biologi pun masuk ke kelas mereka dan langsung membacakan soal kuis. Nena menjadi pengumpul pertama, bukan karena gadis itu yakin jawabannya akan benar semua, melainkan karena ia tidak bisa menahan ingin pergi ke toilet. Karena selama kuis berlangsung tidak ada yang boleh permisi keluar oleh Bu Santi.
***
"Kamu ini maunya apa? Buat onar terus ingat kamu sudah kelas XII" Bu Ijah memarahi Digta yang tengah hormat ke bendera.
"Maunya saya ngadem bu, disini panas Bu" jawab Digta asal dan semakin membuat bu Ijah naik pitam.
"Berdiri kamu disini sampai jam pulang sekolah...!" teriak Bu Ijah berang pada Digta. Kali ini lelaki itu tidak menjawab dan tetap melanjutkan hukumannya hormat kepada bendera. Sedangkan Bu Ijah memantaunya dari kantor. Sudah hampir empat jam Digta berdiri di lapangan. Lalu ia melihat seorang gadis melintasi lapangan.
"Hei, kamu bisa tolong beliin gue air mineral di kantin" ucap Digta tanpa mengetahui nama gadis itu.
"Gue?" tanya Nena memastikan.
"Iya lo emang ada orang lain di lapangan ini, ini uangnya?" ujar Digta sambil mengambil uang di sakunya dengan tangan kanan masih hormat ke bendera.
"Please, gue udah hampir empat jam berdiri" ujar pria itu lagi. Nena juga iba melihat Digta dan ia pun pergi menuju toilet, lalu ke kantin membeli air mineral.
"Nih" ujar Nena.
"Hei...!!! Kalian disana...! Siapa suruh kasih minum ke anak Bandel itu? Beraninya kamu yah...!!! Sini kamu...!!! Hormat ke bendera...!
Komentar
Posting Komentar