Cerbung : Hei Culinery Part 6
Suasana sekolah dipenuhi dengan siswa-siswi baru. Benar, tahun ajaran baru telah tiba. Artinya liburan pun telah usai. 2 minggu rasanya tidak cukup untuk menikmati liburan. Begitulah menurut pendapat siswa-siswi di SMA Bakti Negara.
Setahun sudah Heina menjadi siswi di sekolah elite itu, rasanya baru kemarin iya menjadi murid baru seperti adik-adik kelas yang kini sedang diberi arahan oleh ketua osis baru SMA Bakti Negara. Dia Bian mantan siswa kelas X-S-7 yang kini sudah naik tungkat ke kelas XI-G-IPA-1. Otomatis sekarang Bian satu kelas dengan Heina. Bukan hanya tampan, ia pun cerdas hingga bisa memasuki kelas gold. Lihat saja semua siswi baru terpukau saat Bian memberi arahan di depan podium.
"Hei...!" tiba-tiba ada yang menepuk punggung gadis itu. Sontak ia pun kembalikan badan.
"Megan..." ucap gadis itu tatkala melihat lelaki yang selama 2 minggu ini sering menemaninya. Setelah Heina kecelakaan, dan membutuhkan waktu pemulihan kakinya. Megan sering berkunjung ke rumahnya. Awalnya canggung namun 2 minggu sudah menjadi waktu yang cukup untuk mereka.menjadi akrab.
"Sini biar aku bawakan tasmu" ucap pria itu dan langsung mengambil tas ransel merah sahabatnya itu. Sahabat? Sepertinya sudah bisa dikatakan begitu.
"Pagi sekali siswa baru itu tiba" Megan kembali berucap sambil membimbing Heina menuju lift ke kelasnya di lantai dua.
"Bukankah kita dulu juga sepagi itu pergi sekolah?" ucap Heina sambil membenarkan letak tongkatnya.
"Tidak, kita dulu tidak sepagi itu, 06:25 kita bertemu di bis" kata lelaki itu lalu kembali membimbing Heina keluar lift.
"Sekarang Bian ketua Osis, dia banyak membuat aturan baru, tapi itu bagus kok" ujar Heina sambil melihat isi kelas yang kosong karena sebagian dari mereka berada di aula.
"Bian sekarang kelas gold kan?" tanya Megan.
"Iya... Prestasinya naik drastis, keren sekali kan" Heina meletakan tasnya di meja.
"Kamu tau kenapa prestasinya meningkat?" Megan kembali memberi pertanyaan sambil duduk di bangku kosong di depan Heina.
"Karena dia rajin belajar" jawab Heina.
"Bukan Hei, karena dia ingin satu kelas denganmu" ujar pria itu sedikit kesal.
"Sejak kapan kamu pandai bergosip?" ujar Heina terkekeh.
"Ah, sudahlah kalau kamu tak percaya" pria itu lalu meninggalkan Heina di kelas. Lantaran penghuni kelas mulai berdatangan. Tentunya jika percakapan diteruskan tentulah mereka akan merasa aneh melihat Heina dan Megan yang sudah akrab.
***
Megan berjalan menuju kelasnya XI-S-IPS-4. Isi kelasnya tetap di penuhi oleh siswi-siswi yang selalu antusias dengannya. Megan anak dari Darian Group dengan wajah tampan dan gaya cueknya sukses membuat siswi-siswi terpukau.
"Hi, aku Dwi" ujar soal gadis pertama yang mengajaknya berkenalan di kelas disusul dengan gadis-gadis lainnya. Mereka adalah siswi yang dulunya tidak satu kelas dengan Megan. Seperti biasa Megan hanya bisa diam berusaha tidak mempedulikan mereka.
Tidak hanya dikalangan siswi kelas XI Megan pun menjadi buah bibir siswi kelas X yang dihari pertama sudah diberi gelar menjadi 'kakak tampan' di hari pertama sekolah.
Jam istirahat tiba, malas berlama-lama di kelas pria itu segera menuju kelas Heina. Seisi kelas melihat ke arah Megan tatkala pria itu memasuki kelas XI Gold.
"Mau ke kantin?" Megan menghampiri Heina.
"Aku bawa bekal Meg" ucap Heina setengah berbisik. Canggung saat seisi kelas melihat ke arah mereka.
"Kalau begitu aku disini saja melihatmu makan" ujar pria itu lagi.
"Kalian terlihat semakin akrab?" terdengar suara Bian dari belakang mereka.
"Iya tentu, rumah kami berdekatan" jawab Heina.
"Kenapa? Ada masalah untukmu? Tanya Megan sarkatis pada pemuda di depannya.
"Hei kamu tidak memberi selamat untukku?" Bian mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, selamat datang di gold class Bian" Heina menjabat tangan Bian. Berusaha mencairkan suasana.
***
Sehari, dua hari, seminggu semua orang sudah terbiasa melihat Heina dan Megan yang semakin akrab. Akrab mereka memang hanya sebatas teman dan tidak lebih. Heina menganggap Megan sama seperti teman-teman yang lainnya, bedanya Heina telah mengenal baik keluarga Megan. Siapa lagi kalau bukan Desa. Begitu pun dengan Megan. Memiliki seorang teman sekaligus sahabat adalah hal baru yang ia alami. Rasanya menyengkan, dan mendamaikan. Selamat ini ia selalu sendiri, sempat memiliki genk namun semuanya hanya berlandaskan harta yang ia miliki. Itulah kenapa Megan sangat menghargai persahabatan baru nya dengan gadis bernama Heina. Gadis yang tidak pernah memuji ketampanannya, tak pernah mengungkit hartanya, dan gadis yang bisa membuatnya nyaman bila bersama. Tidak hanya dengan Heina, Megan kini sudah semakin dekat dengan ibu Lastri beberapa kali ia sempat diundang makan malam oleh Bu Lastri. Masakan beliau dapat mengobati kerinduan Megan akan masakan sang Nenek yang telah membesarkannya. Ia merasa ibu Lastri bisa mengobati kekosongan hatinya yang merindukan kasih sayang seorang ibu yang tak pernah ia rasakan sejak kecil.
"Cie yang makin dekat sama Heina" Desa mulai mengoda adik semata wayangnya itu."Dulu aja sombongnya minta ampun" sambung pria itu lagi lalu duduk di sebelah adiknya yang sedang bermain playstation.
"Heina anaknya baik yah Gan?, buktinya sejak libur kenaikan kelas setelah kamu sering bergaul sama dia. Kamu sedikit berubah jadi anak yang baik" sang kakak masih terus menggoda.
"Baik? Dari dulu juga udah jadi anak baik"
"Haaha baik apanya?"
"Udah deh kak, bisa diam nggak?"
"Opss! Ada yang marah. Oke sorry" ujar sang kakak lagi lalu mulai mengutak-atik ponselnya.
***
Komentar
Posting Komentar