Cerbung: Hei-Culinery #3

~Yang pertama akan berkesan dihati, yang kedua dan berikutnya akan terpatri di jiwa~

+Cempaka Raya+

"Berapa kotak pesanan untuk nanti Bu?"

"1000 kota snack Hei"

"Alhamdulillah yah Bu, siapa si yang mesan?" tanya Heina sambil memasukan kotak berisi snack ke dalam kantongnya.

"Pesanannya atas nama Pak Desa"

"Pak Desa? samakah dengan Kak Desa?" Heina berucap sendiri.

"Kamu kenal Hei?"

"Nggak sih Bu cuma tadi waktu di bus Kak Desa yang bayarin ongkos bus Heina"

"Siapa tu?"

"Itu Bu kakaknya Megan"

"Oh, Nak Megan yang nganterin ibu tadi"

"Iya Bu"

"Wah adik sama kakak sama baiknya ya Hei. Alhamdulillah masih ada orang baik kaya gitu"

"Iya Bu, snacknya dijemput atau kita antar Bu?"

"Kita antar ke aula apartemen Darian Star Group, kamu temenin ibu ya. Soalnya Mba Lina nggak bisa anaknya lagi sakit. "

"Oke Bu, siap"

Ibu Heina membuka usaha kuliner, mulai dari menyediakan snack kotak untuk acara rapat, membuat pizza, cake ulang tahun semuanya pesan-antar. Toko ia terletak pas berseberangan dengan apartemen Darian Group.  Tokonya tidak besar, sehingga tidak menyediakan meja-meja pelanggan untuk makan di tempat. Ia lebih sering menerima orderan baik langsung maupun via online. Sedangkan Mba Lani adalah salah satu karyawan disana dan juga dibantu oleh Mas Darto dalam mamasak sampai jasa antar pesanan dengan mengunakan mobil. Hei-Culiner begitulah ibu Lastri menamai tokonya.

+ Lobby Apartemen Darian Star Group +

Ibu Lastri, Heina, dan Mas Darto telah tiba. Heina langsung menuju meja receptionis sedang Ibunya dan Mas Darto mengambil pesanan di dalam mobil.

"Ada yang bisa dibantu Mba?" tanya receptionis ramah.

"Saya dari Hei-culiner Mba, mau ngantar pesanan snack atas nama Pak Desa dikatakan dimana ya Mba?"

"Sialakan diletakan disini saja dulu Mba, biar nanti pekerja kami yang mengangkat ke atas."

"Makasih Mba" ucap Heina lalu bergegas menuju ibu dan Mas Darto.

"Ibu snacknya diletakan di resepsionis aja"

Mereka lalu mengangkat kontong-kantong berisi 1000 kotak snack ke dalam lobby apartemen.

"ID card kamar No.212 mana! Buruan" ucap seorang pemuda pada petugas receptionis dengan garangnya.

"Semua ID card kamar Tuan sudah kami serahkan ke Tuan Desa Tuan"

"Nggak becus kalian kerja semuanya! Jadi gue harus nunggu disini sama ID card kamar gue ada??!"

Heina dari jauh melihat pemuda yang tengah berang itu. Ia merasa familiar dengan lelaki itu. Ibu dan Pak Darto sibuk mengangkut snack tidak mempedulikan pemuda yang tengah ribut itu.

"Megan" ucap Heina dalam hati.

"Kekacauan apalagi sekarang Megan" Desa keluar dari lift setelah ditelpon oleh receptionis.

"ID card kamar" ucap Megan singkat.

"Kamu yang ceroboh selalu menghilangkannya, kenapa marah-marahnya dengan receptionis?' ucap Desa kesal pada adik lelakinya itu. Lalu ia meberikan ID Card Kamar.

"Heina" Desa setengah berteriak melihat anak perempuan tepat di seberangnya. Takut-takut Heina tersenyum dan mendekatinya. Meskipun ada sedikit rasa takut mendekati dua kakak beradik itu, terutama sang adik lebih tepatnya. Tapi demi sopan santun Heina mendekati mereka.

"Hai Kak Desa, Hai Me-gan" ucapnya ragu-ragu.

"Tinggal di apartemen ini juga?" Tanya Desa tertarik.

"Nggak Kak, habis bantuin ibu ngantarin snack kesini"

"Snack? Hei-culinery?"

"Iya kak"

"Wah kebetulan sekali yah kita ketemu lagi, kue buatan Hei-culinery pasti enak" kata Desa lagi.

"Terimakasih sudah pesan di Hei-culinery Kak. Semoga tidak mengecewakan. Heina permisi dulu Kak, Me-ga-n"

***
"Dompet, ponsel jangan sampai ketinggalan sayang" teriak ibu dari dapur mengingatkan anaknya.

"Iya Bu" Heina bergegas sarapan dan setelah memastikan tidak ada yang tertinggal ia pun berjalan menuju halte bus pukul 06:25.

"Heina" tiba-tiba ada seorang memangil namanya diiringi klaksonan mobil. Gadis itu pun menoleh dan melihat seorang pemuda melambaikan tangan kearahnya.

"Kak Desa" Heina bergumam. Desa langsung keluar dari mobil dan mendekati Heina.

"Bisa kakak minta tolong?"

"Apa kak?"

"Tolong kasiin ID Card kamar ke Megan yah. Takutnya dia marah-marah lagi. Yeah seperti kemarin malam. Kamu lihatkan?"

"Makasih ya anak baik. Kakak harap Megan bisa berubah jadi anak yang manis mirip kamu" sambung Desa lagi lalu bergegas menuju kantor.

"Megan? Kelas silver berapa? Nama lengkapnya Megan apa? Astaga!" Berarti pagi ini ia harus berkeliling ke kelas X-S-I sampai X-S-IX. Khusus kelas X-Silver ada sembilan ruangan yang terbagi atas tiga lantai. Berarti gadis ini harus menjelajahi lantai satu sampai tiga untuk mencari ruang kelas pemuda bernama Megan. Ia mulai dari lantai 1 berbagai ekspresi yang ia temui. Mulai yang ramah mengatakan tidak tau, sampai yang judes, bahkan tidak ditanggapi. Heina beranjak ke lantai dua hasilnya tetap nihil. Lalu ia pergi ke lantai tiga. Hingga berakhirkah di kelas X-S-IX harapan terakhirnya.

"Permisi" ucap Heina dari daun pintu dan seisi kelas menoleh kearahnya yang mulai kelelahan menaiki anak tangga.

"Apa kelas Megan disini?"

"Megan?" salah satu dari siswi di ruangan itu bersuara.

"Lo siapa? Cari Megan?" sambung siswi yang lainnya dengan sama juteknya.

"Megan yang tengah memakai earphone lalu melihat ke arah pintu. Iya mengenal gadis itu. Gadis-Bus-Tanpa-Uang. Ia lalu melepas eaephonenya dan mendekati Heina. Seisi kelas melihat ke arah mereka penuh dengan tanda tanya. Heina merasa lega akhirnya ia menemukan sosok yang dicarinya sejak tadi.

"ini ID kamar titipan Kak Desa" ucap Heina setengah kelelahan. Megan menatapnya bingung.

"Tadi aku ketemu Kak Desa di gerbang. Nitip ini buat kamu" Heina melanjutkan penjelasanya.

"Naik tangga?" Tanya Megan. Heina kini kebingungan dengan pertanyaan Megan. Dalam hati ia mengutuk pertanyaan macam apa itu. Bukankah ia harusnya mengucapkan terimakasih.

Heina hanya mengangguk mengiyakan.

"Kelas gold? Lift di sebelah sana" ucap Megan seolah merendahkan Heina anak kelas gold naik tangga padahal lift ada. Lalu masuk ke kelas tanpa ucapan terimakasih.

"Astaga kenapa sampai dengan lift" ia meruntuki kebodohannya. Meski ia tidak menerima ucapan terimakasih dari Megan. Setidaknya kini mereka impas. Heina menolong Megan sebagai ucapan terimakasih telah mengantarkan ibunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu(t)heNote : Bangga itu

Ngekos bareng bang Apin ( Republik Idola seri 1)

Orang yang pertama