Mu(t)heNote: Maunya Gitu
Saya itu suka baca, pada suasana tertentu saya suka baca tulisan yang so sweet kayak begini nih...
''Biar ku ajarkan kau cara menghabiskan waktu luangmu" kata si cewek.
"Tidak perlu, cuma ada satu cara"
"Apa itu?"
"Bersama denganmu" begitu kata si cowoknya.
Begitulah sepengal dialog drama yang pernah saya tonton. haha. Atau kalimat-kalimat sejenis ini nih...
"Jikalau boleh, bisakah
suaramu saja yang kubungkus tuk dijadikan sebagai pengganti bintang-bintangmu
yang tak lagi ada?"
"Adakah berulang kenangan jika kuurai kembali rasa yang bersisa. Kepadamu
barangkali; buncahan rasa tak terkira rekahnya, namun tak sampai
menyentuh suara. Kali ini cukup kutahan dalam-dalam, serupa biasa. Sebab
hati seringkali tak tahu diri untuk mengharap lebih. Sebagaimana
seharusnya, kenangan hanyalah buaian untuk sebuah harapan."
"Sejenak, aku terjebak ke dalam dua
emosi berbeda yang menamparku berulang-ulang. Debar ini merekah sedemikian rupa
bersamaan dengan sesak yang ikut menyusup—kala ada dia, namun tak terjangkau
rasanya.
"
"
"...Perlahan, keping-keping ingatan yang seharusnya sudah kukubur
dalam-dalam menyeruak kembali. Berseliweran dalam bentuk gema suara di
kepala. Mereka bertalu-talu keras--sangat keras, hingga aku tak dapat
membedakannya dengan debar jantung yang memacu berulang-ulang. Ini
berarti satu hal; pertanda aku masih kalah..." (nyolong kalimat Ranti hahha)
Pokoknya kalimat-kalimat seperti itulah. Tapi nyatanya sampai sekarang saya belum bisa merangkai kata seperti itu. Saya bisanya yah begini aja tulisan sejenis ini yang ringan dibaca. Tulisan yang buatnya 'tanpa mikir' apa yang ada di kepala saya langsung di ketik terus di posting. Kata orang tulisan itu mencerminkan orang yang nulisnya. Karena saya kurang suka dengan keseriusan mungkin karena itu saya belum bisa merangkai tulisa yang serius seperti yang di atas. Mungkin ini tulisan terserius saya yang pernah saya tulis. Sepengal cuplikan tulisan saya yang pernah dijadikan antologi. Ini dia mari kita simak. wkwkwwkk
Saat kau katakan kau
suka padaku. Maka aku hanya bisa tersenyum dan berbicara sealami mungkin
padamu. Mungkin kau tak tahu sudah berapa lama aku menata hati. 21 tahun sudah aku menata hati
ini, agar tak seorang pun yang tak patut masuk ke dalamnya. Agar nanti hanya
seorang yang tepatlah yang mengisinya. Kini kau katakan padaku bahwa kau
menyukaiku. Jika ku ‘iya’ kan maksudmu itu, maka percuma saja 21 tahun ini. Dan
ku harap kau mengerti dan aku yakin kau pasti mengerti. Maka tak mungkin aku
mengisi namamu yang belum pasti di dalam hati yang telah ku tata puluhan tahun
ini. Maka lebih baik, rasa itu kita abaikan saja. Bersikap biasa dan berteman
seperti biasa, apa adanya itu lebih menyenangkan.Sebabku Cinta dengan Tuhanku
maka hati ini akan ku jaga hingga akad itu tiba. Dan dialah lelaki yang akan
menjadi pengisi di sekati ini.
Salam Tulis,
MutheSai
Komentar
Posting Komentar