Mu(t)heNote: Dua Puluh Satu

Duapuluh Satu

Tentang kata yang tak tau harus diucap darimana. Diawal, diawal, atau di akhir. Entalah. Tentang kata ingin yang tak tahu harus dimulai darimana dan tentang kamu semua yang bergelayut dipikiranku.
Tentang duapuluh satuku yang sebentar lagi. Tinggal beberapa puluh jam saja. Tinggal beberapa hari saja. Tentang duapuluh satu ku yang membuatku semakin berpikir tentang kau wahai diri.
Hai diri, kau kian menua dan semakin dekat dengan kata mati itu...
Hai diri, aku sangat menyayangimu, mari kita menjadi sesorang yang lebih baik lagi...
Selamat ulang tahun untukmu diri, ruh, semua panca indraku, sel hingga organ tubuhku. Telah 21 tahun kita bersama. Senang bersama kalian. Tanpa ada kalian tentulah tubuhku akan mati seutuhnya. Dan terima kasih untukmu Tuhanku, Allah SWT terima kasih masih memberiku nyawa selama 21 tahun ini. Terimakasih atas semua yang telah Kau berikan secara cuma-cuma. Semoga rasa cinta ini akan semakin besar untukMU.
Tentang duapuluh satuku, yang entah kenapa terasa berat. Terbebani lantaran harus menjadi orang yang dewasa. Sedang aku masih suka bermain-main. Sudah bisakah disebut dewasa? Entahlah aku pun binggung dewasa itu yang bagaimana? Kata mereka yang telah kenal denganku, tinggal satu rumah dan mengetahui semua kelakuanku “kakak tak seperti 21 tahun”. Lalu haruskah aku berubah? Memakai tas jinjing ala orang dewasa? Atau sepatu high heels? Atau memakai make up? Kurasa tidak bukan?
Aku tetaplah aku. Aku yang suka berbicara spontan. Mengutarakan apa yang kurasa pada mereka. Suka jahil, galau lalu melampiaskanya ke makanan. Aku tetaplah aku yang bernyanyi dengan suara pas-pasan saat belajar atau membuat tugas. Aku tetaplah aku yang terkadang menjadi orang yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya. Aku tetaplah aku yang suka berjalan kaki sendiri, berpergian sendiri sesuka hati. Aku tetaplah aku yang banyak bicara pada kalian saat kita mengerjakan tugas bersama, suka tertawa dan berjualan di dalam kamar.
Sebentar lagi duapuluh satu itu akan genap. Lalu menuju 22 yang misterius. Gelembung udara 21 pun hanya akan terpecah sebagian. Sebagian lagi masih tetap diudara. Terbang. Tinggal menunggu aku memecahkannya. Entah kapan itu...
Jika Allah mengizinkan setelah 21, ada duapuluh yang berikutnya. Duapuluh yang misteri. Hari esok yang misteri. Terimakasih Ibu, telah membesarkanku sampai sekarang, terimakasih ibu telah berkorban untukku, terimakasih ibu atas semuanya. Terimakasi ayah untuk semua perjuanganmu. Dan kini pun aku mulai terharu. Lihatlah entah keduapuluh yang mana kalian akan bangga melihatku kelak <3 Amin...

Padang, 21 September 2014
My lovely kos

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu(t)heNote : Bangga itu

Ngekos bareng bang Apin ( Republik Idola seri 1)

Orang yang pertama