Mu(t)heNote: Jika Semua Berkata Baik



Namanya Pak Budi Sudirman. Megganyuh becak sepeda tuanya setiap hari. Mencari anak-anak kos daerah sekitar yang memerlukan jasanya. Memindahkan barang mereka ke kos yang baru. Terus mengayun sepedanya hinggga jarak kilometer. Bergabung diantara banyaknya kendaraan bermesin. Klakson bertubi-tubi selalu beliau hadapi tatkala sepedanya yang lelet menghalangi jalan kendaraan modern itu. “Minggir!” ujar mereka.
Namanya Pak Tomo. Sama halnya dengn pak Budi beliau mencari nafkah dengan mengandalkan sepeda bututnya. Menyusuri gang demi gang komplek itu mencari orang yang membutuhkan jasanya. Menebang pohon.
“Pohonnya udah tinggi Bu, nggak mau ditebang?”
“Tidak Perlu! Biar saya tebang sendiri!”
Namanya Banbang. Bekerja di PO.Mobil Travel. Sudah tak terhitung berapa kali ponselnya berdering. Penumpang yang memesan tiket, Nama penumpang yang tidak sesuai, Penumpang yang ingin membayar tiket,  Membatalkan perginya dan banyak hal lain yang harus diselesaikannya. “Brengsek!” ujarnya untuk kesekian kalinya melepaskan amarahnya.
Namanya Pak Sudi. Bekerja sebagai pennjual gorengan di depan gerbang Sekolah Dasar. Tempat sekolah anaknya.  Di saat hari telah senja dan gorengan telah habis. Beliau bersama kedua anaknya mendorong bersama gerobak gorengan itu. Diantara keringat yang bercucuran itu terselip tawa antara bapak dan anak. Meski kaa cemooh terlempar pada sang anak.
“Hahaa! Anak tukang goreng!!!”
Namanya Resti. Seorang mahasiswa. Menderita tumor di wajah sejak setahun yang lalu. Kini ia lebih mendekatkan diri kepada Allah. Berjilbab dan berpakaian sesuai dengan syariat islam. Meski wajahnya tidak secantik wajah mereka yang normal lantaran bibirnya yang tertarik sedikit kekiri karena efek bengkak di wajah sebelah kanannya. Tetep kuliah meski kadang terdengar bisik-bisik tak sedap
“Wajahnya! Sungguh mengerikan! Tak usah dekati dia nanti kau tertular tumor yang sama...!”
Namanya Chika. Duduk dibangku kelas lima Sekolah Dasar. Setiap hari ia selalu membangkang ibunya. Melakukan apa yang dilarang oleh ibunya
“Anak nakal!!!”kata sang ibu sambil memukulnya.
Jika saja semua orang berkata dengan baik. Pasti semua akan menyenangkan.
Orang tua berkata baik dengan anaknya.
Kakak berkata baik dengan adiknya.
Adik berkata baik dengan kakaknya.
Senior berkata baik dengan juniornya.
Atasan berkata baik dengan bawahannya.
Majikan berkata baik dengan pembantunya.
Teman berkata baik dengan temannya.
Semua berkata baik. Pasti dunia akan terasa indah. Cukup dengan kata baik saja. Salah satunya dengan kata TERIMA KASIH...
Dengan terimakasih, sedikit lelah yang dirasa bapak yang berprofesi sebagai jasa angkut barangmu akan hilang. Karena merasa dihargai. Dan tentunya banyak lagi keajaiban dari terimakasih. Maka berterimakasihlah dengan orang yang membantumu sekesil apapun. Berterimakasih dengan tukang angkot yang telah mengantarkanmu ke tujuan, berterimakasih pada tukang warung, kasir, berterimakasih pada ibu-ibu penjaga mukena di masjid saat kau menumpang solat disana.
#Efek keliling-keliling sendirian...
Salam tulis,

Mu(t)hesai



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu(t)heNote : Bangga itu

Ngekos bareng bang Apin ( Republik Idola seri 1)

Orang yang pertama