Kenapa Harus Aku #2
Aku terus saja mengikuti langkah Kak Rio dengan tangannya yang masih memegang tanganku dengan seisi aula yang mencuri lihat ke arah kami. Sekarang kami telah berada di luar aula dan aku tak tahu apa yang dilakukannya setelah itu.
Aku tak tahan lagi menahan menahan rasa kesal ini. Kuleparkan tanganku dari genggaman Kak Rio seiring dengan air mataku yang mulai keluar.
"Argh! Gue muak sama sikap lo! Gue benci kenapa harus lo yang jadi kakak tingkat gue! Gue benci lo! Lo tau? Gue udah ngorbanin nggak kerja hanya demi nyari tanda tangan lo yang nggak berarti itu. Demi rasa hormat gue kesenior. Tapi apa? Lo. . . Lo itu. . . Aish!!!" ujarku padanya mengutarakan rasa jengkelku padanya. Dan lagi-lagi aku pergi meninggalkannya yang terdiam menatapku.
***
aku pergi menyusuri koridor kelas lagi-lagi dengan mengusap air mataku.
"Brukkk!" aku tak sengaja menabarak seseorang. Hingga barang yang dibawanya terjatuh.
"Maaf" ujarku spontan. Sementara ia membereskan barangnya yang terjatuh.
"Tidak apa-apa" ujar pria itu setelah semua barangnya yang terjatuh telah berada di tangannya.
"lo anak kelas X ya?" tanya lelaki itu.
"Emh, ia Kak" jawabku lagi.
"Bukannya semua anak kelas X kumpul di aula ya?" tanya lelaki itu lagi.
"Em... Anu itu Kak" aku bingung ingin menjawab apa.
"Lo pasti kabur ya, pake nangis segala" ujar pria itu dengan nada sedikit menggoda. Aku baru sadar ternyata pipiku masih basah dengan air mata.
"Patton" ujar laki-laki itu lagi sambil mengulurkan tangannya.
"Shilla Kak" jawabku.
***
Telah satu minggu aku menduduki bangku kelas X di SMA Cendana. Masa orientasi tentunya berakhir begitu saja. Masih ada satu minggu lagi untuk kami anak baru perlakukan semena-mena dan aku ingin cepat-cepat mengakhiri semua ini.
Hari ini aku, Via dan anak baru lainnya kembali berkumpul di aula. Seperti biasa Kak Cakka yang mengatur kami semua. Karena setahuku dia ketua pelaksana kegiatan masa orientasi sekolah ini.
"Oke, kali ini kalian dikumpulin di aula karena ada yang mau saya sampaikan khusus untuk anak kelas X" ujar Kak Iyel selaku Ketua OSIS di SMA Cendana.
"Karena masa orientasi masih ada satu minggu lagi, jadi satu minggu ini kalian harus menyiapkan suatu penampilan diacara penutupan hari sabtu depan, jadi mulailah diskusikan dengan kakak tingkat kalian masing-masing, berhubung saya lihat kakak-kakak tingkat kalian banyak yang hadir sekarang, lebih cepat didiskusikan akan lebih baik" ujar kak Iyel lalu meninggalkan podium.
Aku lagi-lagi hanya terdiam tak tahu harus berbuat apa. Sementara teman-temanku telah beranjak dari tempat duduknya unttuk menemui kakak tingkatnya masing-masing.
"Lo nggak nyamperin Kak Rio Shill?" tanya Via padaku.
"Entar aja deh Vi" jawabku seadanya.
"Kalo gitu gue cari Kak Alvin dulu ya Shill, lo semangat" kata Via sambil menepuk bahuku.
"Hn" jawabku mengiyakan.
Via pun pergi meninggalkanku yang tetap enggan beranjak dari tempat dudukku untuk mencari Kak Rio.
Entah mengapa terlintas dipikiranku untuk keluar dari aula itu. Kakiku pun melangkah menerobos keramian di dalam aula menuju pintu keluar.
"Ashilla!" aku mendengar namaku dipanggil beriringan dengan seseorang yang mencekam tanganku.
Aku menoleh, dan ternyata itu Kak Rio. Aku tak tahu harus mengatakan apa padanya.
"Segitu bencinya lo ke gue" tanyanya. Pertanyaan yang membuatku binggung harus menjawab apa.
TBC
Komentar
Posting Komentar