Kenapa Harus Aku #1


Emh, kau tau aku sedang apa? Aku tengah duduk didepan ruang kelaku yang terkunci dengan maksud berteduh dari guyuran air hujan yang beberapa hari ini terus saja melanjarkan aksi demonya di pagi, siang dan malam. Kau tau? Ini adalah persinggahan ke duaku berteduh dari guyuran hujan soreini. Setelah sedari tadi aku berkeliling mencari seseorang yang selalu saja mengubah janji seenak hatinya.
Sepeda yang sedari tadi setia menemani perjalananku kesana kemari kini telah basah dengan air hujan. Emh, bukan sepedaku, lebih tepatnya sepeda pinjaman.
Kau tau apa yang kulalui hari ini? Yah aku tau, pastinya kau akan menjawab tidak tahu. Aku engang dengan apa yang terjadi hari ini. Aku bosan dengan segala permainan yang mereka lakukan. Permainan yang sungguh tak berbobot. Jika aku jadi mereka kelak, takkan kutiru sedikitpun.
Sudah! Usahaku telah cukup. Biarlah mereka...! Dengan gaya meningginya. Tanpa kusadari air mataku pun keluar seiring dengan mengucurnya air hujan. Ku usap air mataku, tak ingin rasanya aku menangis karena hal seperti ini. Ponselku bergetar, kuambil ia dari dalam tas ranselku.
From: Kak Rio
Gue lagi di jalan, lo tunggu gue di depan ruang OSIS. Gue nggak mau nunggu lama!
Aish! Ingin rasanya aku membanting ponselku saat membaca pesannya. Aku benci, benci dengan semua ini! Aku benci menjadi junior,aku benci diperlakukan sesuka hatinya. Mulai saat ini aku tak akan mencari-carinya lagi hanya demi sebuah tanda tangan. Kenapa harus aku yang menjadi adik angkatnya? Kenapa harus ia yang menjadi kakak tingkatku? Dia yang menyebalkan, ia yang angkuh.
Disaat semua teman-teman angkatanku telah berhasil mendapatkan tanda tangan kakak tingkatnya, sedang aku? Aku sedari tadi telah berusaha menemuinya di tengah hujan seperti ini, tapi apa? Ia selalu mengundur-undur sesuka hatinya.
Ponselku kembali begetar, ia kembali mengirimikupesan.
From Kak Rio:
Eh, lo dimana? Gue udah di depan ruang OSIS, lo niat nggak sih minta tanda tangan gue?!
Ku matikan ponselku, mulai detik ini aku tak akanmengemis-ngemis lagi padanya. Aku terus saja menangis sendirian. Entah mengapa air mata ini terus saja mengalir disaat hatiku tengah kesal seperti ini.
Tap...tap...tap...
Aku mendengar langkah kaki mendekatiku.
“Lo Ashilla kan?” tanya pemilik langkah itu yangtak lain adalah Kak Rio. Aku mengangkat kepalaku yang sedari tadi menunduk. Ku usapair mataku. Ke tatap ia dengan tatapan penuh benci. Aku benci dia. Aku benci dengan lelaki bernama Rio ini. Aku pun beranjak dari tampat dudukku dan pergi meninggalkannya.
***
“Giman Shill? Lo udah dapat tanda tangan Kak Rio?”tanya Sivia padaku.
“Gue malas bahas itu Vi, gue muak sama dia! Gue muak sama sikapnya! Arghhh!!!” jawabku kesal pada Via.
“Lo sabar ya Shilla, tapi entar waktu kita kumpul sore nanti gimana?” tanya Via lagi.
“Biarin Vi, gue pasrah di hukum apa aja, dibanding gue harus mohon-mohon sama dia” kataku lagi.
“Shill, itu Kak Rio buruan lo minta tandatangannya di nametag lo!” ucap Via semangat sambil menunjuk sosok lelaki yang tengah berdiri di depan kelasku. Aku langsung mengalihkan pandangan saat matakudan matanya bertemu. Ia pun pergi.
“Shill, lo tau nggak? Kak Rio tadi nanya ke gue, Ashilla itu yang mana? gitu katanya” ujar Keke. Aku hanya diam tak bersuara.
***
Aku, Via dan beberapa teman lainnya berlari-larimenuju aula. Dimana semua anak baru berkumpul disana.
“Hei, anak baru yang terlambat berbaris disini!”teriak Kak Cakka pada kami.
“Pakai nametag kalian!!!” perintahnya lagi. Kami pun segera memakai nametag. Kak Cakka memeriksa satu persatu nametag kami mengcek tanda tangan dari kakak tingkat masing-masing. Ku lihat Kak Rio tengah melihatke arah rombongan kami yang terlambat.
“Kamu, siapa kakak tingkatmu?” tanya Kak Cakka padaku.
“Kak Mario Kak” jawabku singkat.
“Kenapa belum ada tandatangannya” tanya Kak Cakkalagi.
Aku hanya dia dan menunduk.
“Hei anak baru, mana tanda tangannya?!” bentak Kak Cakka.
“Biar gue yang urus Bro” ujar Kak Rio yang tiba-tiba telah berada di dekatku. Lalu ia menarik tanganku keluar dari aula.
TBC
Hehe, akhirnya cerbung dadakan saya di posting juga. Meski gaje, nggak tau juga gimana cerita ini akan mengalir. Sukur-sukurada yang baca. Yah, setidaknya untuk kepuasan pribadi yang lagi kangen IdolaCilik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mu(t)heNote : Bangga itu

Ngekos bareng bang Apin ( Republik Idola seri 1)

Orang yang pertama