GURUKU (BUKAN) GURU BIASA
Jika aku ditanya tentang
pengalaman manis bersama guru. Tentu aku akan binggung pengalaman mana yang
harus kuceritakan lebih dahulu. Tiga tahun duduk di bangku Sekolah Menengah
Atas rasanya terlalu sebentar karena aku selalu bersama guru-guru yang amat
menyenangkan tentunya. Panggil aku Ara, aku siswi di SMAN 12 Sijunjung Sumatera
Barat. Sekolahku hanya sekolah yang amat sederhana. Tapi tidak untukku karena
aku memiliki guru-guru yang luar biasa.
Aku adalah angkatan ke dua di
sekolahku. Bisa kalian bayangkan bagaimana kondisi sekolah yang baru berdiri
dua tahun. Semua serba kekurangan. Baik fasilitas sekolah maupun tenaga
pengajarnya. Karena kurangnya tenaga pengajar maka pemerintah menempatkan
guru-guru yang baru lulus tes CPNS ke sekolahku. Otomatis guru-guru yang
mengajar disekolahku adalah guru-guru yang masih berjiwa muda. Guru-guru yang
sudah menikahpun bisa di hitung dengan jari. Salah satunya adalah ibuku. Benar,
ibuku adalah guru Bahasa Indonesia disana.
Karena
terpaut usia yang cukup jauh aku dan teman-teman merasa nyaman dengan mereka.
Bercerita, berdidkusi, bercanda dengan guru-guru muda itu. Hingga merekapun
seperti sahabat bagi kami. sahabat yang pandai mengayomi dan mengajarkan kami
dengan ilmu-ilmu yang mereka miliki.
Aku masih ingat kisahku dan
teman-teman bersama guru olahraga kami. panggil saja beliau Pak Andi. Entah
mengapa aku dan teman-teman sekelasku sangat akrab dengan buru yang satu ini.
Beliau ini seperti teman kami saja. Misalnya ketika Pak Andi sedang member
materi di kelas tiba-tiba ada teman kelasku yang berkata.
“sekarang bulan
baru ya Pak” ucap temanku dengan tampang polos. Kami yang mendengarannya hanya
senya, senyum sendiri. Ada makna tersirat dibalik kalimat itu. Sehingga dengan pujuk rayu kami pun hati sang
bapak luluh. Maka dapatlah kami traktiran gorengan satu kelas. Begitulah kami
di setiap awal bulan. Yah, meski terkadang kami gagal mendapat traktiran diawal bulan berikutnya.
Akupun masih ingat saat materi
pelajaran olahraga kami yaitu “aktivitas Luar Sekolah” akhirnya kamipun sepakat
untuk pergi menjelajah ke hutan belakang sekolah.
“
Waktu kita hanya dua jam pelajaran. Kita harus pulang sebelum pelajaran
berikutnya” pak Andi mengeluarkan petuanya pada kami. setelah pelajaran
olahraga ini kami akan belajar matematika dan dilanjutkan dengan pelajaran
kimia. Memasuki hutan bersama-sama. Sampai-sampai ada temanku yang mendadak
menjadi repoter perjalanan yang direkam dengan video handphone.
“bagaimana
pendapat bapak tentang petualangan kita hari ini?” ucap reporter dadakan pada
Pak Andi yang hanya direspond dengan senyuman saja oleh sang bapak. Setiba di
sungai kamipun beristirahat. Tak lupa Pak Andi mengabadikan momen-momen itu
dengan kamera handphonenya. Emh, lebih tepatnya kami yang memaksa beliau untuk
memfoto kami. hasilnya handphone Pak Andi penuh dengan foto-foto kami. akhirnya
waktu dua jam pelajajaranpun telah terlewat. Sehingga guru matematikaku pun
menelpon menanyakan keberadaan kami.
“Ayo
kita pulang, Bu Yesi udah nelpon Bapak” ujar Pak Andi pad kami. kamipun
bergegas untuk kembali ke sekolah.
“
Keasikan sama Pak Andi lupa sama pelajaran ibu” ujar Bu Yesi pada kami. tak ada
nada marah di kalimat beliau.
“Ya,
sudah karena waktu juga sudah tinggal sedikit dan kalian pastinya capek. Kita
diskusi besok saja” ujar Bu Yesi yang semakin membuat kami jatuh cinta padanya.
Hehe
“
Sudah ini belajar apa?” Tanya Bu Yesi lagi.
“
Kimia Bu, ujian…!” jawab kami serentak
“
Ya sudah kalian manfaatkan saja waktu ini untuk belajar Kimia” jawab Bu Yesi.
Bel
tanda bebunyi. Tanda pekajaran matematika telah habis. Di pelajaran selanjutnya
kimia. Kamipun berharap sang bapak bisa sepengertian Bu Yesi tadi. Yaitu dengan
mengundur ujian. Ternyata impian kamipun tak terwujud.
“
Kita tetap ulangan…” kata Pak Eka. Aku masih ingat materi yang diujikan saat
itu tentang hubngan ksp dengan kelarutan.
Petualangan
kami bersama pak Andi berlangsung dua kali. Sehingga tak jarang siswa-siswi
yang Pak Andi sebagai wali kelas mereka iri dengan keakraban kami dengan
beliau.
Pernah
aku dan teman sekelasku menjadi heran melihat tinggah Pak Andi yang tak seperti
biasa pada kami. Dingin dan pendiam. Tepatnya setelah acara perpisahan. Kami
berusaha bersikap seperti biasa pada beliau, menyapa beliau saat beliau baru
tiba. Tapi tetap saja hasilnya nihil. Ternyata setelah diselidiki. Pak Andi
kecewa dan sedih karena pada saat acara perpisahan kami tidak menyapa beliau
padahal beliau berada didekat kami dan kami malh asyik dengan guru-guru yang
lain. Oh, bapak sungguh kami tak bermaksud seperti itu. Setelah menghabiskan
hampir tiga tahun bersam beliau. Kamipun baru mengetahui bahwa beliau sangat
sensif.
Hingga
pada saat acara kelulusan tiba. Saat amplop penentu nasib kami di bagikan.
Setelah mengetahui hasilnya. Kamipun bersalam-salaman dengan para guru. Saat
aku bersalaman dengan Pak Andi akupun iseng berkata.
“
Bapak masih marah Pak?” tanyaku. Lagi-lagi beliau hanya membalas dengan
senyuman. Tandanya beliau sudah memaafkan kami. mungkin jauh-jauh hari beliau
telah menghapus rasa sedih itu.
Aku
masih ingat kejadian terkonyol yang pernah kami lakukan. Tepatnya saat aku
duduk di kelas XII. Konflik ruang kelas tepatnya. Setiap tahun sekolahku
mendapat bangunan baru dari pemerintah. Otomatis dari setiap bangunan itu di
jadikan sebagai ‘gudang’ penyimpanan alat-alat bangunan. Aku dan teman
sekelasku selalu saja ditempatkan di ruangan yang kondisinya seperti itu. Bail
di kelas XI dan XII. Ruangan yang kotor dan berdebu itupun kami sulap menjadi
indah. Saat kelas XII kami di tempatkan di ruang laboratorium karena jumlah
bangunan yang belum memadai. Laboratorium itupun kami sulap menjadi indah.
Ruangan kelas itupun sangat nyaman. Karena sekolahku telah mendapatkan bangunan
baru lagi dari pemerintah. Kamipun di pindahkan ke bangunan bar tersebut.
Karena laboratorium akan di fungsikan sebagaimana mestinya
Dengan
berat hati kamipun pindah ke ruang kelas baru itu. Ruang kelas baru inipun sangat nyaman. Jika
aku memadang ke luar tepat berhadapan dengan ruang kelas baruku itu berdiri bukit
hijau yang amat gagah nan indah. Suatu pagi saat aku tiba ke sekolah
teman-temanku heboh. Heboh dengan berita kami sekelas akan di pindahkan ke
ruang kelas bawah. Yang kondisinya tentulah tak senyaman ruang kelas kami. aku
tahu alasan guru-guruku baik. Karena ruang kelas baru itu belum dimasukan
listrik. Sedang kami membutuhkan listrik untuk ujian Listening .
bersambung....
Komentar
Posting Komentar