Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2011

Weker Merah

Dentanggan jarum Takkan pernah berhenti Seperti kereta yang amat cepat Yang terus melaju tanpa henti Lalu ia akan meninggalkan Siapa saja yang tak mampu mengikuti ritmenya *** “Aku pemenangnya!” ucapku karena telah bangun lebih dulu sebelum wekerku berbunyi. Aku beranjak dari perbaringanku lalu menuju kamar mandi dan langsung mengambil wudhu. Tak lupa aku berdoa kepada sang pencipta. Mungkin aku terlihat lebih khusyuk dari biasanya. Yah! benar. karena hari ini adalah hari besar bagiku. Kukenakan seragam dengan rapi. Tentu lebih rapi dari biasanya. “Kau harus temani aku hari ini.” Kataku lagi-lagi pada benda tak bernyawa itu dan memasukkannya ke dalam tas. Kini kumelangkah menuruni anak tangga kulihat ibu dan ayahku telah menanti di meja makan dengan senyuman menghiasi wajah mereka. “Kamu pasti deg-degan hari ini.” Ucap Ibuku. “Sedikit Bu.” Jawabku. “Apa benar sekolah tidak mengundang orang tua?” Selidik Ayahku. Aku sangat mengerti arti dari ucapannya....

SSL:From 'Cimut' With Love -part 1-

Hariku sepi lagi.. Sepi tanpa dirimu.. Dirimu.. Dirimuu.. Oh Lia, anjing pudelku.. * Pagi itu Tio udah santai di teras kost-an sambil baca selembar kertas koran. Disampingnya si ceking keriting Ian ikutan duduk. Tio yang lagi asik baca koran matanya gak kedip-kedip. Yaiyalah, secara itu Koran lampu merah yang dia dapetin bekas bungkus ikan asin punya ibu kos yang dibuang di tong sampah depan rumah. “Yan, Yan.. liat deh, nih..” Yang dipanggil tak bergeming, malah sibuk ngorekin lobang idung yang bertambah dalam itu. “Yan, gue punya tebakkan, nih! Artis, artis siapa yang lagi kena masalah karna korupsi bank?” Ian ngelirik, “Ian Kassela,” jawabnya ngasal. Pletak. “Cewek, dodol!” “Cut Tari? Elvi Sukaesih?” Tio berdecak. “Oon, ah! Jawaban lo salah semua.” “Terus siapa?” Dengan senyum sumringah semerbak bunga tujuh rupa, Tio nunjukkin gambar cewek seksi yang terlihat jelas di Koran bau ikan asin tadi. “Melinda ...

SSL:From 'Cimut' With Love -part 2-

Di sore hari setelah pulang dari ngojek, Ian duduk bersantai di teras kos-an, dan seperti biasa Ian melamun sambil mencari harta karun di hidungnya. Dan tak lama kemudian muncullah Tio menghampiri Ian yang sedang melamun. “ Melamun mulu lo, tar kesambet aja tau rasa lo..” kata Tio seraya duduk di samping Ian. “ Bodo, mau kesambet kek, mau kesambit kek.. bukan urusan lo..” ceplos Ian. “ Ye, lo gue kasih tau, malah ngomel-ngomel. Emang lo lagi mikirin apa sih? Mikirin si Lia lagi? Udahlah, yang udah pergi nggak usah di pikirin..” “ Sok tau lo, gue ni lagi bingung tau..” “ Bingung kanapa? Bingung gara-gara muke lo ancur? Hahaha.. dah, itu mah udah takdir lo dari orok..” “ Wah, bener-bener sok tau lo yah, ngomong seenak udelmu.. lagian muka gue udah cukup ganteng, lebih malah. Gue bingung sama benda kecil yang satu ini.. abis aneh banget bentuknya” kata Ian sambil menunjukan benda kecil ke hadapan Tio. “ Hah.. coba gue liat..” kata Tio seraya mengambil benda kecil dari tang...

SSL: From 'Cimut' With Love -part 3-

Tio yang masih asyik cuap-cuap sama si Ara, ngga nyadar kalau ada orang ketiga di sana. Tiba-tiba si Ara ngomong... “Yo, harusnya kita ngga berduaan.” Tio yang ngga tahu maksudnya, cengar-cengir aja kayak kuda. “Lha, emang kenapa?” “Kata orang-orang, kalau cowok sama cewek cuma berduaan biasanya ada yang ketiga.” “Terus?” “Sssst... ketiganya beneran ada.” Ara berbisik, matanya mendelik-delik ke belakang Tio. Ayan ya nih cewek? Batin Tio. Tio yang penasaran langsung nengok ke belakangnya. Orang yang di belakang melotot. Tawa Tio meledak, heboh banget tuh anak ketawanya sampai jingkrak-jingkrak, guling-guling, salto, Breakdance, ngesot, sampe nangis tuh si Tio, padahal cuma gitu doang. Lebay banget sih. Ara ngeliatinnya jadi jijik sendiri. Sedangkan Ian mau nelen Tio bulet-bulet. Tapi kayaknya ngga mungkin, si Tio kan badannya gede kayak kingkong. Mungkin dipotong-potong dulu. Kalau bisa sekalian dijadiin bakso atau syomai. “Kenapa lo, yo?” tampang Ian sangar. ...

SSL:From 'Cimut' With Love -part 4-

Ian sedang tidur-tiduran di kasur kebanggaannya yang terasa semakin tipis dan pipih karena terus tertindas sama tulang rusuknya yang kering-kerontang apalagi pantatnya Ian yang super-duper runcing . Ian terus saja memandangi plafon kamar yang udah bolong-bolong yang akhirnya dimanfaatkan sebagai pintu masuk oleh populasi tikus buat nyerbu incaran mereka di dalam lemari Ian yang udah bobrok. Tau kan? Sempit dan muram. Itulah kesimpulan dari kamar Ian. Ian teringat sesuatu lalu ia mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tas ranselnya. Kamar yang tadinya sempit dan muram tiba-tiba terasa lapang dan terang-benderang karena efek yang diberikan sang amplop. “ Alhamdulillah! ” ucap Ian sambil mencium amplop yang ada di tangannya. Naasnya lagi ilernya Ian nempel di amplop karena ciuman mautnya Ian. “ Untung nggak ada Tio ” ujarnya dalam hati. Sambil lirik kiri-kanan siapa tau aja Tio muncul mendadak bisa berabe jadinya. “ Kerekk!!! ” Ian membuka isi amplop itu sambil senyam...

SSL:From 'Cimut' With Love -part 5-

* Pucuk dicinta.. Ulam pun tiba.. Aku jatuh cinta.. Tuhan, tolonglah hamba.. *** Siang ini cukup terik. Nggak ada burung, ngga ada angin, apalagi hujan salju. Daun dari pohon gundul dikanan kiri jalan pun enggan bergemerisik. Yah, namanya juga pohon gundul. Mana ada daunnya. Di jalan yang berdebu, terdengar tapakan kaki lusuh berjalan gontai beriring dengan benda bobrok tapi imut dengan romantisnya. Siapa lagi kalo bukan si keriting item Ian. “Mut.. mut.. Baru aja kemarin betul, sekarang udah rusak lagi. Rese banget sih, lo!” umpat Ian sambil masih menggiring ‘Cimut’ kesayangannya itu. Ngik. Ngik. “Eh eh? Kok susah gini jalannya?” Ian meringis sambil ngeliat keimutan motornya ini. Ia teringat ikrarnya sama ‘Cimut’ kalau Ian akan tetap menyayangi ‘Cimut’, dan setia padanya selamanya. “Yaampun!” Ian menepuk jidatnya yang selebar lapangan banteng. “Maapin abang yah, Mut? Abang Ian gak maksud buat jelek-jelekin Cimut kok. Yah yah? Jangan ngambek ...