Weker Merah
Dentanggan jarum Takkan pernah berhenti Seperti kereta yang amat cepat Yang terus melaju tanpa henti Lalu ia akan meninggalkan Siapa saja yang tak mampu mengikuti ritmenya *** “Aku pemenangnya!” ucapku karena telah bangun lebih dulu sebelum wekerku berbunyi. Aku beranjak dari perbaringanku lalu menuju kamar mandi dan langsung mengambil wudhu. Tak lupa aku berdoa kepada sang pencipta. Mungkin aku terlihat lebih khusyuk dari biasanya. Yah! benar. karena hari ini adalah hari besar bagiku. Kukenakan seragam dengan rapi. Tentu lebih rapi dari biasanya. “Kau harus temani aku hari ini.” Kataku lagi-lagi pada benda tak bernyawa itu dan memasukkannya ke dalam tas. Kini kumelangkah menuruni anak tangga kulihat ibu dan ayahku telah menanti di meja makan dengan senyuman menghiasi wajah mereka. “Kamu pasti deg-degan hari ini.” Ucap Ibuku. “Sedikit Bu.” Jawabku. “Apa benar sekolah tidak mengundang orang tua?” Selidik Ayahku. Aku sangat mengerti arti dari ucapannya....