Kembali membaca tulisanmu membuatku kembali kemasa lalu tentang kata demi kata yang kita ukir kala itu. Kali ini aku kembali mengingatnya bahwa dulu kita mempunyai hobi yang sama tentang arti sebuah kata yang kita tulis. Kini, entah kenapa rasanya jari ini tak seperti dulu. Jari ini tak selincah dulu lagi. Dulu pun kau pernah berkata padaku, kamu aku bisa menyelesaikan sebuah kisah dengan cepat. Tapi sayangnya itu dulu. Kini akulah pengagummu, yang membaca ulang apa yang pernah kau tulis. Dan aku pun mulai takjub dengan kalimat-kalimat yang kau tulis. Tulisanmu kini kian matang sematang usiamu yang telah melampaui duapuluhan. Entah kenapa pula hati ini sedekit berat rasanya untuk mengakui keberadaan sang usia yang tentunya bukan seorang remaja lagi. Banyak yang ingin ku inginkan, banyak pula yang ingin tuk dicoba. Semua itu tetap tertanam rapi dihati. Tentang apa-apa yang pernah kita perbincangkan. Tapi kini kau dan aku bukanlah lagi pelakon yang sama dalam dunia nyata. Urusanmu ...